CIMAHI – Potret menyejukan tersaji di Kampung Adat Cireundeu, RW 10, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Termasuk saat bulan suci Ramadan ini.
Kesejukan terlihat ketika melihat toleransi antarkeyakinan dan antaragama di Kampung Adat Cireundeu. Tanpa sekat, mereka selalu beriringan dan satu tujuan untuk memupuk dan menjaga toleransi.
Ditengah mayoritas umat Muslim, di Kampung Adat Cireundeu, RW 10 terdapat sekitar 60 Kepala Keluarga (KK), dengan 240 jiwa yang menganut aliran kepercayaan Sunda Wiwitan.
Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu, Abah Widi mengatakan, kepercayaan terhadap Sunda Wiwitan itu sudah dianut sejak dulu, dan akan terus dipertahankan para warga adat.
“Memang sudah turun-temurun dari para sesepuh sudah Sunda Wiwitan,” ujar Abah Widi, Selasa (13/4).
Saat ditemui, pria 58 tahun itu tengah asyik dengan kegiatannya membakar sampah di pekarangan rumahnya. Dengan semangat, Abah Widi menceritakan indahnya toleransi di kampungnya yang sudah terjaga sejak dulu.
Kampung Adat Cireundeu diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 atau sekitar 500 tahun yang lalu. Keberadaan kampung adat tersebut dikuatkan dengan penelitian adanya batu penyanggah rumah saat itu.
Para sesepuh atau karuhun yang ada di dalamnya di antaranya Eyang Nursalam, Eyang Ama, hingga Aki Madrais yang disebut membuat ‘lembur’ atau kampung saat itu.
“Saat itu Cireundeu sudah ada,” ucap Abah Widi.
Sejak saat itu, Abah Widi meyakini kepercayaan Sunda Wiwitan sudah ada, dan diteruskan oleh para anak, cucu hingga cicitnya. Kepercayaan itu terus dipupuk ratusan warga ditengah mayoritas pemelik Islam.
Kini, mereka hidup berdampingan. Tanpa sekat, mereka selalu mengedepankan sikap saling menghormati meski berbeda keyakinan. Bahakn di setiap acara kepercayaan dan agama, mereka saling berbaur dan membantu.
“Kita saling menjaga, tidak pernah membedakan. Kalau ada acara adat, atau acara keagamaan Islam, pasti saling dilibatkan,” sebut Abah Widi.
Termasuk ketika umat Muslim menjalani ibadah puasa bulan Ramadan ini. Sebagai penganut kepercayaan Sunda Wiwitan, warga sangat mengerti dan menghargai kebiasaan mereka dalam menjalankan ibadahnya.
Seperti waktu berbuka puasa hingga salat tarawih yang selalu dilakukan selama bulan ramadan. Sementara tradisi kumpulan setiap malam Jumat pun selalu dilakukan penganut kepercayaan Sunda Wiwitan.