Mengisi Ramadan Dengan Pendidikan Budi Pekerti

Tanggung jawab penanaman budi pekerti merupakan tanggung jawab guru, orang tua dan masyarakat. Guru melalui pembelajaran harus mampu menyelipkan nilai-nilai dan norma dalam setiap pembelajaran. Orang tua harus mampu menanamkan pendidikan budi pekerti dalam setiap tutur kata, sikap dan prilaku sehari-hari di rumah. Masyarakat harus mampu memberikan lingkungan yang kondusif agar penerapan budi pekerti ini dapat terlaksana.

Pendidikan budi pekerti yang dapat diimplementasikan dalam keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengondisian lingkungan dan kegiatan rutin. Keteladanan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan harus menjadi teladan atau model yang baik bagi peserta didik, misalnya sifat jujur, optimis, dan disiplin. Keteladnan tersebut harus tergambar dalam perilaku sehari-hari.

Senagai pendidik, guru dapat memberikan nasihat dan masukan untuk peserta didik. Teguran dilakukan secara langsung ketika peserta didik melakukan kesalahan. Misalnya, ketika ada peserta didik yang berkata kasar ketika zoom meet dilaksanakan, maka guru menegur agar peserta didik tersebut berkata sopan. Pengondisian lingkungan untuk menanamkan pendidikan budi pekerti ini memang sedikit sulit dilakukan, namun bisa dilakukan secara daring, salah satunya melalui kegiatan Sanlat bersama AKTV. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat.

Penulis berharap, melalui kegiatan sanlat bersama AKTV dapat meningkatkan penanaman pendidikan budi pekerti bagi peserta didik di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini. Peserta didik jangan sampai kehilangan ruh pendidikan agar mereka lahir menjadi generasi yang bermoral dan berakhlak mulia. (*)

 *) Penulis adalah Kepala SMP PGRI Cibeureum, Kota Cimahi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan