Begitu banyak jumlah yang harus diproduksi. Itu karena vaksinasi ini harus dilakukan dua kali –suntikan kedua dilakukan sebulan setelah yang pertama.
Jadi, ada botol untuk vaksinasi pertama –yang tugasnya memunculkan imun. Lalu ada botol kedua –yang tugasnya mem-booster imun itu.
Di seluruh dunia, vaksinasi Covid-19 memang menghadapi dua problem besar itu: masalah teknis distribusi dan masalah politik antivaksinasi.
Mundurnya jadwal vaksinasi ke bulan Januari atau Februari berarti mundur pula harapan pemulihan ekonomi. Istilah ”mundur” itu dari saya. Di mata pemerintah mungkin tidak bisa disebut mundur. Saya tidak tahu target waktu yang ditetapkan pemerintah. Anda tahu?
BPOM menyebut, pengamatan terhadap 1.600 orang relawan uji coba itu diperlukan untuk melihat apakah ada efek samping. Juga apakah vaksin ini benar-benar efektif.
Untuk melihat efek samping tentu mudah: apakah ada keluhan yang dialami 1.600 orang itu. Sejauh ini disebutkan ”tidak ada”.
Sedang untuk melihat efektif atau tidak bisa dilihat di lab: apakah anti-Covidnya sudah muncul. Kalau sudah muncul, apakah jumlahnya cukup untuk melawan masuknya virus selama 1 tahun.
Pengamatan itulah yang memerlukan waktu. Ada pengamatan tiga bulan. Ada pengamatan 6 bulan.
Kalau BPOM mengatakan cukup tiga bulan berarti izin penggunaan secara darurat bisa dikeluarkan pada bulan Januari. Kalau harus 6 bulan berarti April.
Prosedur ini tidak bisa dicarikan jalan pintas. Ini menyangkut keselamatan manusia –meski kecepatan proses itu juga untuk keselamatan manusia.
”Hukum besi” BPOM seperti itulah yang membuat obat temuan Universitas Airlangga tidak bisa segera diedarkan. Padahal ada Angkatan Darat dan Badan Intelijen Negara (BIN) di baliknya.
BPOM bisa ”dipecat” oleh WHO kalau sampai tunduk pada tekanan apa pun.
Dulu, melihat gegap gempitanya keterangan pemerintah, saya kira akhir November vaksinasi sudah bisa dimulai.
Kadang terlalu optimistis itu juga kurang baik: bisa kecewa. Dan itu salah sendiri.
Dulu saya juga berpikir tidak ada pilihan lain. Ternyata Minggu ini beredar dua berita penting: vaksin dari Amerika dan dari Inggris sudah terbukti punya efektivitas sampai 95 persen. Anda tentu sudah membaca itu: Pfizer dan Astra itu.