Disbudpar Kota Bandung Usulkan Relaksasi Penambahan Kapasitas Pengunjung Jelang Nataru

BANDUNG – Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2021 kurang dari dua bulan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung berencana mengusulkan penambahan presentase kapasitas pengunjung hotel, kafe, dan restoran. Hal itu dilakukan menyusul hasil evaluasi sektor pariwisata dalam menghadapi libur panjang akhir pekan lalu.

Kepala Disbudpar Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari mengatakan, saat libur panjang pekan lalu pihaknya mencatat okupansi hotel dan sarana pariwisata lainnya rata-rata baru mencapai 40 persen. Sesuai dengan aturan masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

“Sebarannya merata, hampir semua rata-rata 40 persen lebih. Protokol kesehatan diterapkan dengan baik. Dan ini menjadi bahan evaluasi kami untuk menghadapi libur Nataru nanti,” ujar Kenny saat di hubungi melalui sambungan telpon,  Rabu (4/11).

Menurut Kenny, relaksasi kapasitas dinilai perlu dilakukan secara bertahap agar geliat ekonomi di sektor pariwisata sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa terus mendekati normal seperti sebelum pandemi covid-19.

Kendati demikian, kata dia, keputusan terkait masalah penambahan relaksasi menjadi kewenangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bandung.

“Semoga ini (relaksasi kapasitas) bisa pelan-pelan dinaikkan jadi 60 atau 70 persen. Sehingga pada saat libur Nataru nanti bisa semakin membaik. Kota Bandung hasil evaluasi kami setelah pekan lalu, ternyata masih menjadi tujuan destinasi wisatawan, bersama daerah lain di Bandung Raya,” ungkapnya.

Kenny lebih lanjut mengatakan, ada beberapa catatan yang perlu ditingkatkan terutama sosialisasi terkait protokol kesehatan. Berdasarkan catatan di lapangan, ia masih menemukan banyak wisatawan yang sedikit abai terhadap kedisiplinan, khususnya dalam hal menggunakan masker.

Meski begitu, Kenny menuturkan pihaknya meyakini hal serupa tidak terjadi di hotel dan sarana pariwisata lainnya yang secara rutin dilakukan pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan. Dengan demikian, risiko penyebaran virus korona juga bisa diminimalisasi.

“Kalau di hotel kan wisatawan langsung masuk ke dalam kamar, tidak berkerumun. Dan sebelum masuk hotel pun, mereka harus melewati protokol pemeriksaan yang ketat termasuk penerapan protokol kesehatannya. Jadi kami tidak terlalu khawatir. Tinggal sosialisasi kedisiplinan di luar sarana pariwisata saja yang jadi pekerjaan rumah bagi kami,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan