BATUJAJAR – Meskipun mengalami kekeringan sejak beberapa bulan belakangan, namun warga di Kampung Gunung Sanggar, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, tak terlalu merasa khawatir.
Pasalnya, warga yang lokasi tempat tinggalnya dikelilingi sawah dan gunung itu memiliki sumber air dari sebuah sumur yang tak pernah mengering kendati kemarau melanda.
Sumur yang oleh warga sekitar disebut ‘Caimahi’ itu berada di tengah-tengah pematang sawah itulah yang jadi sumber air utama warga sekitar selama puluhan tahun kebelakang.
Junaedi (50), warga RT 02/RW 01, Kampung Gunung Sanggar, mengatakan setiap hari sumur tersebut selalu menyediakan kebutuhan air bagi kehidupan warga sekitar.
“Semua warga ambil air dari sumur ini, alhamdulillah airnya selalu ada meskipun kemarau. Padahal sumber air warga yang pakai jetpam sekarang sudah kering,” ujar Junaedi, Minggu (20/9).
Uniknya, sumur yang memiliki kedalaman hampir 20 meter itu akan mengisi air setiap 10 menit jika airnya habis. Air yang mengisi sumur berasal dari dinding-dinding sumur yang dilapisi bata merah.
“Kalau lagi ambil air terus kerasa ember timbanya sudah sampai dasar, didiamkan dulu sama warga biar sumurnya ngisi air dulu. Baru ditimba lagi, paling 10 menit kering terus airnya ada lagi,” katanya.
Sementara Sukaesih, warga lainnya, mengaku sangat mengandalkan air dari sumur tersebut untuk kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci. Meskipun jarak dari rumahnya ke sumur kurang lebih 1 kilometer namun tetap ditempuh.
“Kalau engga dari sumur itu saya mau ambil air darimana lagi, engga ada sumber lain. Kalau saya kemarau atau musim hujan pasti ambil air dari sini,” ujarnya.
Warga sendiri sempat dibuatkan sumur menggunakan jetpam dari pemerintah, namun hanya bisa berfungsi selama 3 karena permasalahan kelistrikan.
“Saya sendiri sudah keluar uang sampai Rp 800 ribu untuk beli pipa paralon, nanti nyambung saluran dari sumur jetpam ke rumah. Tapi malah mesinnya engga nyala, jadi percuma beli pipa juga, tetap ngambil lagi ke sumur,” jelasnya.
Berdasarkan cerita warga, sumur itu mulai dibangun pada tahun 1989. Total, di wilayah tersebut ada sekitar tiga sumur timba. Namun keberadaan sumur yang airnya bisa langsung diminum tanpa dimasak itu saat ini terancam karena keberadaan proyek pembangunan perumahan di sekitarnya.