Bully Motivasi

Ups… Mimik itu ternyata lebih penting dari yang diucapkan. Tone itu tidak kalah penting dari bunyi kata. Saya harus selalu ingat pelajaran dari Christy ini. Pun para orang tua yang lain. Terutama guru.

“Anda main basket?” tanya saya.

“Tidak. Saya menari ballet,” jawabnyi.

Wow.

“Kapan terakhir menari ballet? “ tanya saya lagi.

“Delapan bulan lalu. Waktu mementaskan Clara and the Nutcracker,” jawabnyi.

Saya tahu Clara itu ballet klasik sekelas Swan Lake. Saya pernah nonton Swan Lake di ‘ibu kota’ ballet dunia: St Petersburg, Rusia. Di gedung ballet yang terkenal di dunia. Yakni saat Rusia masih bernama Uni Soviet. Saat saya masih wartawan muda. Waktu itu saya diikutkan rombongan Presiden Soeharto ke Moskow, St Petersburg, Taskent, dan Samarkhand.

Cantik, cerdas, tinggi, pinter main  piano, penari ballet. Apa lagi nikmat Tuhan yang masih kita dustakan.

Pun sebentar lagi Christy ke Toronto. Dia sudah benar-benar move on. Bully sudah jauh dia tinggalkan. Begitu banyak bully sekarang ini. Berarti betapa banyak anak yang terpukul jiwa mereka. Dan si anak hanya protes lewat tangis. Itu pun sendirian di dalam kamar.(Dahlan Iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan