GLS Tantang Siswa Membaca 21 Buku

NGAMPRAH– Sebanyak 130 guru di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengikuti rapat koordinasi (rakor) bertajuk Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pada Senin-Selasa (26-27 Agustus), bertempat di Hotel Radiant Lembang. Acara ini diselenggarakan oleh Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Mekar KBB sebagai rangkaian acara program Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB).

Program ini ditujukan untuk siswa dan guru SMP yang dilaksanakan selama 7 bulan dari bulan Februari-Agustus. Pada program ini siswa diwajibkan membaca 21 buku selama masa tantangan dengan bimbingan guru perintis yang juga berkewajiban membaca satu buku. Setiap guru membimbing 3-5 siswa. Tercatat sebanyak 160 sekolah mengikuti program TMBB, 591 guru perintis, dan 2.360 siswa sebagai peserta tantangan.

Kepala Bidang (Kabid) SMP pada Dinas Pendidikan KBB, Dadang A. Sapardan dalam presentasinya menyampaikan, tentang dinamika kehidupan di era industri 4.0, dan pentingnya literasi digital untuk siswa, menuntut kesiapan dalam memenuhi tantangan zaman. Sehingga harus berhati-hati dalam berinternet, sebab jejak digital dapat menjadi acuan masa depan seseorang.

Di sisi lain, menurut Nani Suliyani selaku Fasilitator Daerah (Fasda) GLS Mekar KBB, tujuan kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan TMBB, mengimplementasikan GLS di KBB, dan meningkatkan kompetensi guru perintis dalam dunia literasi.

“Hasil dari acara ini diharapkan dapat terpilih beberapa sekolah yang mampu menyelesaikan tantangan dengan sebutan sekolah inspiratif dan terkumpul karya tulis sejumlah guru perintis yang hadir,” ucapnya.

Yuli Ridawati, salah seorang Fasda, yang mempresentasikan materi “GLS pada SPMI dan Akreditasi”,  menyampaikan bahwa di Indonesia baru 16 persen sekolah yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). GLS yang terintegrasi dalam pembelajaran, pembiasaan, dan pengembangan diharapakan dapat meningkatkan mutu standar sekolah.

Sementara itu, Nining Suryaningsih dari SMPN 2 Padalarang memberi tips agar siswa tidak asal membaca tanpa memahami isi bacaan. Caranya adalah guru menentukan sejumlah judul buku wajib dibaca siswa, kemudian buku tersebut dibaca dan dipresentasikan oleh seluruh siswa peserta tantangan secara bergiliran.

Pada sesi lain setelah peserta dibagi dua kelas dengan dibimbing Fasda Suparman, materinya adalah menentukan sekolah yang termasuk kategori inspiratif. Sementara yang lainnya disampaikan tentang praktik penulisan bertema kegiatan GLS di sekolah masing-masing. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan