Jumlah Saksi Terus Bertambah

Terkait dengan teror-teror yang diterima oleh para petinggi KPK, Johan menyampaikan bahwa itu kemungkinan karena masalah pribadi. Sehingga, belum tentu karena sebuah kasus yang akan diungkap.

”Itu mungkin masalah pribadi. Gak bisa dihubungkan (dengan kasus yang akan diungkap). Belum tentu ada kaitannya dengan satu orang atau satu kasus. Dan teror di KPK bukan hanya fisik, tapi juga magic itu juga pernah,” imbuhnya.

Senada diutarakan mantan Ketua KPK Antasari. ”Jangankan diteror. Saya sempat disel ini ya, tidak lain juga karena ada rasa ketidakinginan saya berada di KPK. Problemnya ya karena dinilai mengganggu,” tandasnya.

Meski demikian, dia yakin, KPK akan tetap kuat sejalan dengan sikap independensi penegakkan hukum yang terus terjaga. ”KPK itu kuat. Saya katakan percuma teror itu dilayangkan KPK. Instrumennya tetap berjalan. Dan sejalan dengan komitmennya,” tandasnya.

Antasari pun turut prihatin atas teror yang menimpa Agus Raharjo dan Laode. “”Mereka (Agus dan Laode) orang-orang baik. Integritasnya tidak usah kita ragukan lagi. Mudah-mudahan Polri segera menuntaskan kasus ini,” timpalnya.

Sebelumnya Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menjelaskan, tim khusus saat masih bekerja dan baru menganalisa CDR yang ada di CCTV. Selain itu, memeriksa sejumlah saksi-saksi di lapangan.

”Tim ini dipimpin oleh Kadensus 88, saat ini mereka berkumpul untuk menganalisa secara komprehensif temuan alat bukti yang ada di lapangan, serta CDR yang ada di CCTV guna mengungkap pelaku dalam aksi teror di kediaman dua pimpinan KPK ini,” jelas Dedi.

Sementara terkait apa saja temuan di lapangan di dua lokasi itu, diakui Dedi, pihaknya memastikan untuk teror di rumah ketua KPK bukan bom dari hasil Labfor bom itu, adalah fake bomb adalah bom palsu.

”Jadi, setelah paralon dibuka oleh Labfor didalamnya memang ada paku dan serbuk putih, tapi serbuk itu ternyata hanya semen putih. Kabel tidak terhubung detonator. tidak terhubung dengan timer. Sehingga bisa dipastikan itu rangkaian fake bom atau bom palsu,” tutur Dedi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan