Mengatasi Challenge yang Viral di Media Sosial

Target pemain dalam permainan ini adalah para remaja yang labil, kehilangan semangat, remaja yang broken home dan remaja yang sudah putus asa, sehingga dengan mudahnya menghasut dan memengaruhi para remaja tersebut, dan para remaja tersebut pun patuh dan melakukan apa yang diperintahkan oleh tantangan tersebut.

Para remaja yang mengikuti tantangan ini merupakan remaja yang sudah stres dengan keadaan hidupnya, artinya mereka yang sudah lagi tidak menikmati hidup, mengatakan bahwa hidup ini tiada gunanya dan menganggap jika mengikuti tantangan ini mereka bisa menemukan pelarian dari kegalauan yang sudah parah yang menghinggapi diri mereka.

Penyebab stres remaja ini sangat banyak, mulai dari ketiadaannya iman didalam hati, lalu dilanjutkan dengan keluarga yang berantakan, orang tua yang bertengkar setiap hari, kesulitan ekonomi, putus cinta, sering di-bully oleh teman-temannya, narkoba, ganja, minuman keras, seks bebas serta lingkungan yang amburadul. Hal ini diperparah dengan tidak adanya keimanan didalam hati dan tidak adanya kepercayaan kepada Tuhan membuat para remaja ini menganggap bahwa hidup di dunia ini tidak ada gunanya.

Menurut NSPCC, remaja dan anak-anak seharusnya tidak mengikuti tren dan tekanan mengenai hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman. Orang tua memiliki peran yang penting dalam mengawasi penggunaan internet oleh anak-anak. Orang tua juga perlu lebih aktif berkomunikasi dengan anak-anaknya. Selain memantau aktivitas anak di lingkungan rumah, orang tua juga memberikan pemahaman kepada anak tentang risiko melakukan aktivitas bahaya.

Bagaimana bisa mengenali gejalanya? Lembaga pemerhati anak di Inggris, NSPCC, memberikan arahan bagaimana mendeteksi ketika remaja mulai membangun koneksi emosional dengan kelompok dunia maya dan bagaimana melindungi anak dan mencegah kejadian buruk terjadi. Ada sejumlah gejala, tetapi tidak selalu nyata karena para pelaku terlatih untuk bertindak hati-hati untuk mencegah agar tindakan mereka tidak diketahui. Beberapa gejala itu antara lain, anak menjadi sangat tertutup, terutama tentang apa yang mereka lakukan di dunia maya, menghabiskan banyak waktu di internet dan media sosial, mengganti tampilan layar pada ponsel atau laptop mereka saat didekati orang tua, menarik diri atau marah setelah menggunakan internet atau mengirim pesan teks dan memiliki banyak nomor telepon baru atau alamat email di perangkat mereka.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan