Metode STEM, MacGyverism Restorasi Guru

Melalui pendekatan STEM peluang itu sangat terbuka. Tapi, kalau gurunya tidak responsive maka peluang itupun akan terlewati. Dalam kondisi seperti inilah diperlukan guru yang berjiwa MacGyver yang mau mengolah akalnya dengan alat yang dimilikinya. Dalam masyarakat Sunda kondisi demikian identic dengan paribasa ”mun teu ngakal moal ngakeul”.

Selain aspek support dalam pendekatan pembelajaran STEM dikenal juga aspek teaching atau pembelajaran yang  menitikberatkan pada persiapan pembelajaran dan implementasi pembelajaran di kelas, hal ini identik dengan ketekunan MacGyver dan sifat improvisasi rencananya yang membuatnya sulit untuk digagalkan bahkan MacGyver sendiri pun tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Sehingga memungkinkan sifat dan  rasa penasarannya selalu  terjaga dan terpelihara.

Ketika seorang guru sejarah tiba-tiba memulai pembelajarannya dengan membacakan puisi perjuangan ”Antara Kerawang Bekasi” secara lantang dan kemudian mampu mengagetkan dan menyita perhatian siswa dan selanjutnya melahirkan rasa penasaran siswa dalam bentuk tanya apa, mengapa dan bagaimana, maka pada saat itu sesungguhnya konsep teaching sudah dimaknakan melalui improvisasi rencana pembelajaran guru yang berbeda dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Dalam pendekatan STEM tidak terlarang mengintegrasikan sebagian sebagian dari ke empat komponen STEM itu.

Aspek efficacy (kemanjuran, Red) terkait dengan kepercayaan diri pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran STEM yang dapat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan materi pembelajaran serta pedagogik, serta komitmennya dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan ciri lainnya dari sosok MacGyver  yaitu kondisi  dalam kasus-kasus tertentu  di mana perangkat improvisasinya digunakan untuk menyerang musuh-musuh (baca: menghadapi tantangan). Dia selalu melakukannya untuk membela diri dan, jika mungkin, menundukkan atau melumpuhkan daripada meghilangkannya yang bermakna bahwa dia lebih suka resolusi konflik tanpa kekerasan.

Dalam konteks ini pengamatan sepintas menampakan bahwa aspek kepercayaan diri menjadi sangat penting dalam implementasi pendekatan STEM sebagaimana kepercayaan diri  MacGyver dalam menyusun perangkat improvisasinya sebagai resolusi konflik  sekaligus mengusung perdamaian.

Restorasi guru “MacGyverism” dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran STEM  dalam kadar tertentu juga merupakan bentuk ”pemanasan/warming up” menuju pergeseran peran guru di era disrupsi. Guru MacGyverism adalah guru yang harus bisa mengelola kelas dan mengoptimalkan peran teknologi, keberadaan sosok MacGyver bisa diposisikan sebagai “Game teaching” turunan teknis dari “Arificial Intellegent/AI” yang menjadi penanda adanya digital class di era disrupsi ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan