Ngaji 1 Juz Gratis Berobat atau Bayar Pakai Botol Bekas

Sang ibu Duning Burdaningsih mengambil alih tugas merawat kelima anak sendirian. Dengan hanya berbekal gaji sebagai guru sekolah dasar. Dengan segala keterbatasan itu, ibunda Yusuf tetap bercita-cita agar semua anaknya bisa menjadi sarjana. Caranya, setiap awal bulan, Duning selalu menyampaikan penghasilannya kepada kelima anaknya. Dan kemudian membaginya sesuai kebutuhan tiap-tiap anak.

Padahal, gaji Duning ketika itu hanya Rp 750 ribu. ”Dibagi untuk SPP dan kebutuhan hidup lain. Kalau kurang, ibu pinjam koperasi, dicicil, jadi semua transparan. Untuk tambahan, beras jatah PNS juga kami jual,” kenang ayah dua anak, Muhammad Zarbia dan Maraya Zara, tersebut.

Yang jadi persoalan adalah saat ada anggota keluarga yang sakit. Sebab, itu berarti ada tambahan dua biaya sekaligus. Untuk mengobati penyakitnya (dokter dan obat-obatan). Juga untuk membayar biaya perawatan (klinik atau rumah sakit). Padahal, untuk bertahan hidup saja sudah pas-pasan.

Itulah yang kemudian mendorong Yusuf menjadi dokter. Dan itu dia wujudkan dengan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani. Namun, persoalan biaya lagi-lagi menghadang. ”Saya sempat mengurungkan niat (jadi dokter, Red). Kalau tidak bisa ya sudah,” katanya.

Keluarga pun berkumpul. Ibu dan keempat kakak Yusuf akhirnya sepakat mendukung niat dan cita-citanya. Diputuskan menggadaikan rumah yang mereka tempati untuk biaya kuliah Yusuf.

Merasa memiliki tanggung jawab, Yusuf pun tepat waktu menyelesaikan kuliah. Sembari bekerja untuk menambal kekurangan biaya. Mulai berjualan teh botol sampai tas dokter buatan sendiri. Selama kuliah, Yusuf tinggal di asrama. Biayanya Rp 600 ribu setahun. Untuk makan, dia dibekali uang Rp 20 ribu tiap bulan dan beras.

Segala pahit getir itulah yang kian menggumpalkan niat Yusuf untuk berbagi kepada sesama. Kepada mereka yang berada dalam posisinya dulu: serba kekurangan. Senin lalu itu Jawa Pos menyaksikan sendiri perhatian Yusuf kepada para pasien. ”Kenapa hari ini, Ibu?” tanya Yusuf sambil mendekap seorang ibu berjilbab hijau itu.

Ibu tersebut menyatakan hendak melakukan kontrol rutin kadar kolesterol. Sebab, selama ini kadar kolesterolnya memang tinggi. Merasa penasaran, Yusuf bertanya berapa kadar kolesterol ibu itu.

Tinggalkan Balasan