Cari Solusi Atas Masalah Rokok

BANDUNG – Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) menggelar KABAR Roadshow dengan menggandeng Universitas Padjajaran (Unpad) dalam upaya edukasi untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok melalui produk tembakau alternatif. Di Bandung, KABAR bekerjasama dengan Academic Leadership Grant (ALG) Universitas Padjadjaran untuk berdiskusi bersama guna mencari solusi dalam mengatasi prevalensi rokok di Indonesia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung dr. Nina Manarosana mengatakan, permasalahan rokok di Indonesia adalah masalah yang harus dipikirkan bersama jalan keluarnya. ”Pemerintah tentunya terus melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, seperti yang sedang kami lakukan saat ini dengan memperbanyak edukasi terkait bahaya rokok. Selain itu, kami juga membentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus untuk melakukan pemantauan di sekolah, restoran, perkantoran dan hotel terkait merokok di tempat umum,” ucap dr. Rita. Program-program aktif ini dilakukan untuk terus menekan angka perokok di Kota Bandung.

Senada dengan hal tersebut, Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia dan Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Dr.drg. Amaliya, MSc. Ph.D mengungkapkan bahwa dibutuhkan peran aktif dari semua pihak untuk menurunkan prevalensi perokok di Indonesia, termasuk di kota-kota besar seperti Bandung. ”Sebagai organisasi yang menaruh perhatian khusus terhadap masalah rokok serta upaya penanggulangannya, kami ingin turut membantu mengatasi permasalahan ini. Salah satu yang telah dan akan terus kami lakukan adalah mengedukasi masyarakat mengenai risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok. Keputusan terbaik agar tidak terkena penyakit akibat rokok adalah dengan berhenti total. Namun demikian, kami menyadari bahwa masih banyak sekali perokok yang kesulitan untuk berhenti total. Untuk itu, kami juga mengedukasi perokok mengenai langkah alternatif yang bisa diupayakan untuk mengurangi risiko kesehatan dari konsumsi rokok melalui konsep harm reduction (pengurangan risiko) dengan cara berganti pada produk tembakau alternatif,” ucap Dr.drg. Amaliya.

Berdasarkan hasil penelitian, produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik serta produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Salah satunya ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan atas kerjasama antara YPKP Indonesia dengan Academic Leadership Grant (ALG), Universitas Padjadjaran Bandung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengguna produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah dibandingkan perokok konvensional.

Tinggalkan Balasan