Tasikmalaya hingga saat ini menjadi zona merah rawan bencana. Mengacu data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, daerah yang paling rawan bencana terdapat di 17 kecamatan.
Di antaranya Desa Neglasari Kecamatan Salawu, lokasi Kampung Naga berada. Kampung ini terletak di lembah, namun menjadi satu-satunya kampung di Tasikmalaya yang tak pernah mengalami longsor atau banjir.
ANDY RUSNANDY, FITRI Rachmawati, Tasikmalaya-Bandung
Gempa berkekuatan 6,9 skala richter menghentak Jumat (15/12) lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat angkanya sudah menembus 3.290 rumah. Sebagian besar di antaranya berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Yakni sebanyak 1.547 rumah.
Tapi, ternyata, tak satu pun rumah di Kampung Naga yang rusak ataupun hancur karena gempa. Padahal, seperti yang disebutkan di muka, kawasan ini merupakan lembah.
**
Ketua Adat Kampung Naga Ade Suherlin duduk di depan bale (bangunan untuk menyambut tamu). Diapit dua pupuhu lembur (penjaga kampung, Red) lainnya. Satu per satu tamu masuk ruangan. Mereka kemudian duduk berjajar di pinggir, melingkar, sehingga membentuk huruf U.
Ade yang sudah berada di depan mempersilakan tamunya untuk duduk selonjoran. Tapi khusus bagi mereka yang duduk menghadap ke timur, selatan, dan utara saja. Mereka yang menghadap kiblat, dilarang merebahkan kakinya selonjoran. Hanya diperbolehkan duduk sila. Atau duduk bagaimana enaknya.
”Silakan duduk. Yang sebelah sana (barat, Red), kakinya tidak boleh selonjoran,” katanya memohon kepada para tamu rombongan jurnalis dari Bandung yang saat itu berkunjung ke Kampung Naga, sebulan lalu.
Dengan suara pelan, Ade mengingatkan. Kiblat adalah arah salat. Katanya, arah barat itu harus diperlakukan secara sopan. Di mana pada arah tersebut, manusia bertemu dengan Allah melalui salat.
”Di sini, ada yang boleh, ada yang tidak. Nanti saya jelaskan aturan di sini,” tutur Ade seraya mempersilakan ketua rombongan memberikan sambutan maksud dan tujuannya berkunjung ke Kampung Naga.
Sesi ramah tamah selalu menjadi agenda dadakan kepada siapa saja yang berkunjung ke Kampung Naga. Sejak pendatang turun dari mobil di area parkir, mereka pasti disapa oleh para pupuhu lembur. Sebab, siapa saja yang datang ke area tersebut, sudah dapat dipastikan hendak berkunjung ke Kampung Naga.