Rumah Panggung Wujud 3 Dunia

Dari banyaknya pertanyaan jurnalis, pada umumnya mereka menanyakan bagaimana bisa kampung kecil yang berada di lembah, dikelilingi hutan, tidak pernah mengalami longsor dan banjir.

Ade hanya tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan para tamunya. Ade menjawab, alasannya hanya satu. ”Kami hidup berdampingan dengan alam. Itu intinya,” tegasnya.

Kampung ini tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Garut dengan Tasikmalaya. Lembahnya subur. Di sebelah barat, dibatasi hutan keramat. Di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur.

Di sebelah selatan dibatasi sawah-sawah penduduk. Sedangkan di sebelah utara dan timur dibatasi Sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Rumah di kampung ini hanya sebanyak 107 unit dan jumlah warganya sebanyak 112 kepala keluarga (KK).

Ade dan warga hidup berdampingan dengan alam. Mereka memiliki filosofi menyatu dengan alam. Terbukti, Kampung Naga merupakan satu-satunya kampung di Tasikmalaya yang berada di lembah dan tidak pernah mengalami longsor atau banjir. Mereka tidak menebang pohon, memanfaatkan bebatuan di sungai secara sembarangan, atau merusak mata air.

”Selama kami di sini, tidak pernah mengalami banjir atau longsor,” ungkap Ade.

Sebagai perkampungan masyarakat adat yang masih memegang teguh tata nilai warisan leluhur, menjadikan Kampung Naga berbeda dengan perkampungan masyarakat lainnya. Secara garis besar, kawasan ini dibagi menjadi tiga.

Yakni kawasan hutan, permukiman, dan luar kampung. Kawasan hutan dibagi menjadi dua, yaitu leuweung karamat (hutan keramat), dan leuweung tutupan (hutan lindung). ”Keberadaan hutan-hutan tersebut dijaga secara adat hingga terhindar dari kerusakan,” tutur Ade.

Hal menakjubkan yakni sistem drainase. Tak ada satu pun pipa air yang kelihatan berseliweran di atas tanah. Padahal, mereka mengalirkan air dari atas bukit melalui pipa panjang. Pipa tersebut ditanam di dalam tanah. Air mengalir ke rumah-rumah warga dan fasilitas umum seperti tempat wudu di masjid. ”Air setiap waktu mengalir. Karena air ini berasal dari mata air,” kata Ade.

Saluran pembuangan air dari WC atau MCK, juga dibuat tertutup. Sepintas, tak kelihatan ada saluran pembuangan di sisi setiap rumah. Tapi jika diamati, terdapat satu saluran pembuangan besar yang hanya bisa dilihat di sungai. Jarak antara rumah-rumah di Kampung Naga dan sungai berdekatan. ”Semuanya mengalir ke sungai,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan