Mengungkap Fakta Pahlawan Bojongsoang

SOREANG – Keberadaan pahlawan nasional Otto Iskandar Di Nata  atau lebih dikenal Otista, tentunya belum banyak yang mengenal sepak terjang perjuangan dimasa hidupnya.

Kematiannya yang misterius menggelitik seorang sejarawan Iip D. Yahya untuk mengungkap fakta dibalik meninggalnya pahlawan asli dari Bojongsoang Kabupaten Bandung ini.

Menurut Iip, Otista merupakan seorang pemuda asli sunda yang pernah menjabat Ketua Paguyuban Pasundan. Ottista punya peran penting dalam perjuangan berdirinya Republik Indonesia.

Dirinya menceritakan, berdasarkan biografi Otista lahir pada 31 Maret 1897,  dilahirkan di Bojongsoang, Bandung. Otto lahir dari keluarga ternama. Ayahnya, Raden Haji Rachmat Adam, adalah seorang kepala desa. Tempat tinggalnya pun merupakan rumah paling besar dan megah se-Bojongsoang.

Bojongsoang kini terletak di wilayah Kabupaten Bandung. Kawasan yang lekat dengan pemberitaan banjir ini berada tidak jauh dari Dayeuhkolot, atau Kota Tua, bekas pusat pemerintahan Bandung kala itu.

Selayaknya anak orang berada, Otto mengenyam pendidikan yang baik dan dikenal sebagai salah satu siswa yang paling cerdas sejak sekolah dasar, menengah, hingga sekolah pendidikan guru di Bandung dan Purworejo.

“Itulah bagian kecil dari cerita Otista, dan pada kesempatan ini

Sejarah kehidupan Otista kembali dibukukan dengan judul The Untold Stories,”jelas Iip ketika ditemu dalam acara bedah buku kemarin (17/12)

Menurutnya, buku ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Sebab, dari buku-buku yang sudah banyak beredar penyebab kematian Otistasampai saat ini masih misterius dan belum terkuak. Bahkan, pada buku sebelumnya belum terjawab kenapa Otista dibunuh.

“Dulu Otista itu Tim suksesnya Bung Karno pada sidang PPKI mengusulkan Bung Karno dan Bung Hatta untuk memimpin Indonesia,” ucapnya.

Dirinya menilai, dari dokumen dan buku sebelumnya masih banyak kejadian yang belum terjawab dari sosok Otista. Sehingga, dalam buku ini lebih membahas pada biografi politik Otista.

“Jadi apa yang da lakukan kala itu sebagai ketua Paguyuban Pasundan, bagaimna pemikirannya, dan yang telah di pidatokan, kemudian juga sebagai tokoh nasional, terutama pada masa Jepang,” ucapnya.

Selain itu, pemutakhiran data dengan menggali kembali dokumen telah dilakukan untuk mengungkap kenapa dia dibunuh, meskipun tidak banyak kesaksian yang didapatkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan