PMI dan ICRC Latih Wartawan

SUKABUMI – Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi memberikan pelatihan keselamatan dan kebencanaan bagi jurnalis di wilayah liputan Sukabumi, kemarin (13/12). Pelatihan itu lebih ditekankan pada pemahaman terhadap aturan saat bertugas meliput di daerah konflik maupun bencana.

Kegiatan itu merupakan kerja bareng PMI Kabupaten Sukabumi dengan International Committee of the Red Cross (ICRC). Kegiatan dipusatkan di salah satu lokasi di Kecamatan Kadudampit.

Ketua PMI Kabupaten Sukabumi Ayi Abdullah mengatakan, dalam upaya penanganan bencana diperlukan sinergitas antara PMI, pemerintah, termasuk jurnalis. Selama ini PMI dan jurnalis seringkali bersinergis dalam peristiwa bencana alam. PMI merasakan betul peran media ikut membantu membesarkan fungsi pelayanan PMI. “Ketika berada di lokasi bencana maupun daerah konflik, wartawan perlu juga mendapatkan perlindungan. Pelatihan ini selain diberikan petugas PMI juga melibatkan ICRC,” terang dia.

Ayi berharap kegiatan itu bisa bermanfaat bagi para wartawan. Kalangan jurnalis diberikan pemahaman mengenai Hukum Humaniter Internasional (HHI). “Ini bermanfaat sehingga ke depan kapasitas dan fungsi kita bisa lebih baik lagi. Ada juga hak korban tidak bisa dikonsumsi media,” tandasnya.

Wakil Koordinator ICRC Jakarta, Sonny Nomer, mengatakan wartawan harus memahami etika peliputan di lokasi bencana dan konflik. Hal ini untuk mencegah wartawan menjadi korban di dalam daerah konflik. “Wartawan itu bagian dari masyarakat sipil yang punya hak untuk dilindungi dalam kondisi konflik,” ujar dia.

Tak hanya dalam kondisi peperangan saja, tapi juga ketika meliput bencana. Menurut Sonny, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan wartawan, seperti tidak diperbolehkan menayangkan korban bencana secara vulgar, tidak boleh ada istilah liputan eksklusif untuk peliputan bencana, dan menghormati hak-hak korban bencana. “Jadi ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh wartawan. Tidak boleh seenaknya mengambil gambar korban,  apalagi yang sudah meninggal atau yang sedang histeris. Diutamakan meliput korban yang masih hidup,” jelas dia.

HHI merupakan salah satu instrumen terkuat yang dimiliki oleh masyarakat internasional untuk memastikan keselamatan dan martabat manusia. HHI berupaya memelihara kemanusiaan dengan pedoman pada prinsip bahwa tindakan perang ada batasannya. “Secara berkala pemahaman HHI akan terus disosialisasikan,” tegasnya.(ovi)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan