Untuk wilayah selatan, yang secara teknis memang sangat jauh dari instalasi dan hanya mendapatkan tekanan sisa, dibagi menjadi dua itupun dibagi dua wilayah.
pendistribusian daerah Rajawali, Kalidam, dan sekitarnya. Serta ada wilayah Cibogo, Leuwigajah, dan Utama. Untuk dua wilayah selatan itu, pengaliran airnya dilakukan secara bergiliran. Untuk wilayah timur, seperti Cibeureum, Cijerah, dan sekitarnya sampai saat ini pendistribusiannya masih normal.
“Skenario itu terus kita lakukan sampai sekarang, sambil pihak kami melakukan perubahan valve atau pengatur. Jadi penggunaan air di jam puncak, yaitu dari jam 05.00 sampai jam 09.00, dan jam 17.00 sampai jam 20.00, itu pasti akan terjadi penghentian distribusi,” bebernya.
Sementara itu salah satu warga Yosua (38), Warga Puri Cipageran, RT08/26, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Yosua mengeluhkan air di rumahnya tidak mengalir sejak pertengahan Agustus.
“Sudah tiga minggu ini tidak ada airnya, terakhir itu pas lebaran Iduladha kemarin. Tapi itu juga airnya kecil, dari jam 11.00 sampai jam 15.00 saja, setelah itu tidak ada lagi,” ujar Yosua, Bagi Yosua, kekurangan pasokan air bersih bukanlah kali ini saja. Sebab, setiap memasuki musim kemarau panjang, lingkungan rumahnya kerap krisis air. “Jadi udah paham aja, kalau kemaraunya panjang pasti seperti ini. Tapi anehnya itu, (kekurangan air) cuma dibeberapa blok saja, di blok lain lain airnya ada yang ngalir,” cetus dia. (zis/rus/yan)