Pamer Olahan Pengganti Nasi

jabarekspres.com, BANDUNG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)  dan Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat menggelar acara festival makanan olahan dari hasil umbi-umbian.

Kepala Disperindag Dr. Ir. Ferry Sofwan Arief, mengatakan digelarnya acara tersebut sebagai bagian untuk memperkenalkan pada masyarakat luas. Selain itu sebut dia, dari kegiatan itu pun sebagai bentuk sosialisasi jika untuk mendapatkan asupan karbohidrat tidak harus didapat dari nasi dan jangung saja, akan tapi ada alternatif lain yang dapat diambil yakni dari umbi-umbian.

”Ini digelar agar masyarakat bisa mengelola umbi-umbian dengan baik sehingga tidak terfokus kepada nasi saja,” kata Ferry.

Lebih lanjut dia menyebutkan, selain untuk mengenalkan olahan makanan yang dapat dihasilkan dari jenis umbi-umbian kegiatan ini pun diharapkan dapat berimbas pada meningkatnya harga ekomonis dari bahan umbi-umbian tersebut.

”Kalau bisa dikelola dengan baik maka ini bisa menjadi nilai ekonomis dan menghasilkan rupiah. Sehingga dapat membantu perekonomian di Jawa Barat,” terangnya.

Sampai saat ini, lanjutnya sudah banyak olahan dari bahan baku umbi-umbian yang sudah memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dan pihaknya terus berupaya untuk memperkenalkan lebih luas hasil dari pascapanennya. Dia berharap dengan terus disosialisasikannya kegiatan tersebut akan lebih banyak orang yang mengenalnya.

”Kan sudah banyak contohnya. Seperti olagan dari singkong, ubi, talas dan lainnnya, tapi kita harus dukung lagi olahan makanan dari hasil yang lain,” ungkapnya.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heriawan menyebutkan kegiatan tersebut akan berlangsung hingga 16 Juni 2017 di depan Mall Trans Studio (TSM).

”Kita sengaja mengadakan acara di sini, karena di sini sering dikunjungi anak muda,  dan kita ingin mengenalkan ini semua ke anak muda agar bisa dilestarikan,” ungkapnya.

Agar merema (laris, red) tidak hanya mengenal hasil jadinya saja seperi kue dan makan ringan lainnya tapi mereka juga tahu semua itu dari mana. “Merema, harus tahu yang mereka makan itu dari mana asalnya,” terangnya. (van/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan