Endri Susanto, Pendiri Yayasan Endri’s yang Getol Bantu Orang Sakit

Selanjutnya, Yayasan Endri’s juga mendapat bantuan 168 unit kursi roda. Tapi, untuk menerima bantuan itu, dia harus mengurus izin yang sangat berbelit. Ada beberapa kementerian yang harus dia tembus untuk mendapat izin. Melihat begitu sulitnya mendapat izin dari Jakarta, dia akhirnya menyerah. Kursi roda spesialis terapi tersebut akhirnya tidak bisa dia terima.

Padahal, papar Endri, barang itu sudah berada di Sumbawa. Nilai kursi tersebut diperkirakan mencapai Rp 4 miliar. ”Sudah di depan mata. Kami sudah melihat barangnya. Kenapa harus begitu sulit untuk bisa membantu orang sakit? Kami sangat sedih,” ujar pria yang mempunyai sertifikat chef internasional itu. Kursi tersebut akhirnya dikirim balik.

Dua minggu lalu pihaknya juga harus berhadapan dengan manajemen RSUD Provinsi NTB. Adam yang saat itu mengurus pasien di rumah sakit harus berhadapan dengan bagian humas. Adam terlibat debat sengit. Penyebabnya, dia mengunggah resep dokter di Facebook. Resep itu milik pasien yang tidak mampu membeli albumin. Atas bantuan yayasan, pasien tersebut akhirnya mendapatkan obat itu.

Rumah sakit menganggap Adam dan kawan-kawan telah melanggar kode etik kedokteran. Seharusnya resep itu tidak boleh dimasukkan ke media sosial. ”Kami sampai dituding-tuding. Beberapa petugas keamanan ikut berjaga-jaga,” tutur Adam.

Dia pun menjelaskan bahwa pihaknya tidak akan memasukkan foto resep atau kondisi pasien dengan syarat pihak rumah sakit bisa menjamin pembiayaan pasien sampai selesai atau ada orang yang menjadi donatur. Kalau tidak ada jaminan, pihaknya tetap melakukan cara yang selama ini digunakan dalam membantu orang sakit.

Adam menyatakan, Yayasan Endri’s berdiri karena ada orang-orang sakit yang tidak ditangani. Jika masyarakat mendapatkan layanan kesehatan dengan merata, yayasan itu tidak perlu didirikan.

Endri menambahkan, ke depan dirinya ingin membangun rumah sakit gratis bagi warga yang tidak mampu. Mimpi besar itu diawali dengan membangun klinik yang sekarang sedang proses. Mereka yang tidak mampu bisa berobat gratis di klinik milik yayasan tersebut. ”Kami bisa merasakan bagaimana orang miskin yang menderita sakit,” tutur sekretaris umum DPD KNPI Lombok Utara itu. (*/c11/nw)

Tinggalkan Balasan