Kritik Fasilitas Publik yang Kurang Ramah

Ada banyak cara bagi seniman menuangkan ekspresinya. Lewat media sederhana, bisa tercipta karya yang memiliki nilai seni tinggi.

Gugun Gunawan, Batununggal

MAHASISWA Seni Rupa S2 Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2016 menggelar pameran seni bertajuk May Contain Criticism di Titik Temu Space, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung pada 17-22 Desember 2016

Karya-karya yang ditampilkan merupakan hasil kreativitas mahasiswa ITB itu sendiri. Dengan tema yang mereka ambil, mereka mencoba mengkritik atau merespon suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Fenomena tersebut dituangkan ke dalam sebuah karya seni yang menarik.

Salah satunya, karya dari Hasbi Putra Agung. Dirinya mengkritik fasilitas publik yang kurang ramah terhadap manusia ataupun alam.

Dia membuat sebuah karya yang mengritik tentang kejanggalan pembangunan trotoar di Bandung. Hal tersebut diilustrasikan dengan sebuah pohon yang kering dan tidak berbunga dalam sebuah kotak besar yang di semen.

Dalam karya Hasbi itu terlihat bahwa pembangunan trotoar tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Terutama pada tumbuhan. Sebab, dengan menyemen, muncul pertanyaan, bagaimana pohon itu bisa tumbuh? Ada beberapa foto tentang pohon yang mengalami penyemenan itu di depan karya Hasbi ini.

Selain itu, ada juga karya yang merespon para pemakai obat. Respon ini diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menampilkan wajah seseorang jika menggunakan zat adiktif atau pun narkoba.

Menurut peserta pameran May Contain Criticism, Moch Hasrul, sebenarnya pameran ini ialah ajang pemanasan atau uji coba untuk membuat sebuah pameran karya seni rupa. Dia bersama teman-teman satu kelasnya berinisiatif membuat pameran secara mandiri di luar konteks akademis.

”Kita coba invite Andras Heszky (Mahasiswa magister di ELTE University Budapest dan bekerja sebagai asisten kurator di Trafo Galeria Budafest, Hungaria) sebagai kurator pameran ini. Dia tertarik dan dia merasa oke kita jalani. Kita banyak ngobrol dengan Andras itu sendiri dan teman-teman sesama seniman. Mereka memberi masukan, dan hasilnya pameran ini,” ujar Hasrul, yang membuat karya berbasic video.

Pameran ini tercipta lewat tawaran dari salah satu direktur Titik Temu, Angga Aditya Atmadilaga. Angga memberi penawaran kepada Hasrul dan teman-temannya untuk menggelar pameran di Titik Temu Desember ini.

Tinggalkan Balasan