Henky Lasut dan Eddy Manoppo, Atlet Bridge Berpasangan Lebih dari 40Tahun

Menurut pengoleksi ratusan medali emas itu, bridge sudah menjadi bagian hidup. Sama halnya seperti makan, minum, dan tidur. Dari semua penghargaan yang pernah mereka dapat, ada yang memiliki kesan mendalam dan yang membanggakan. Capaian tersebut adalah medali emas di Kejuaraan Dunia Bridge Ke-14 di Sanya, Hainan, Tiongkok, pada 15-25 Oktober 2014. ”Saat itu prestasi olahraga Indonesia sedang melempem. Kami bisa dapat medali emas waktu itu,” katanya.

Henky dan Eddy punya cara khusus untuk menjaga kondisi. Yaitu tidak berlebihan saat makan, beristirahat cukup, dan tidak stres. Dalam persiapan puslatda Sulut di PON Jabar, mereka berlatih mulai pukul 9 pagi hingga 7 malam. Itu mereka lakukan intensif selama tiga bulan. Sebelum puslatda, mereka berlatih di timnas. ”Latihan sepuluh jam. Yang penting istirahat enam jam,” terangnya.

Berpasangan selama 40 tahun sudah tentu tak semuanya berjalan mulus. Beberapa percik api amarah diakui Henky juga kerap terjadi ketika pasangan bermain tak sesuai harapan. Pertandingan bridge yang dilakukan berpasangan memang memadukan dua orang yang berbeda karakter dan kapasitas berpikir.

”Biasanya (dongkol) kalau Pak Eddy salah main atau saya yang salah main. Mau lampiaskan gimana gitu,” ucapnya. Namun, marah tersebut diakuinya tidak berlangsung lama. Hanya sebentar. Setelah itu kembali berbaikan seperti semula. Lantaran mereka kembali teringat tugas yang memanggil, sebagai atlet bridge.

Bila salah seorang partner merasa tidak enak, akan langsung ketahuan dari sikap. Kata Henky, kunci menjaga kekompakan selama lebih dari 40 tahun adalah tidak boleh mementingkan ego masing-masing.

”Terima partner apa adanya. Sama dengan suami istri. Kan kalau sudah sekian lama juga pasti ada dongkol-dongkol sedikit. Kadang saya yang jadi istri, kadang saya jadi suami,” ucap Henky, lantas tertawa.

”Dulu, waktu masih muda, kalau marah tidak saya keluarkan, hanya saya pendam. Tapi, efeknya ternyata malah memengaruhi ke pertandingan selanjutnya. Itu yang bahaya. Makanya, sekarang saya sudah tidak begitu (memendam marah, Red),” tambahnya.

Eddy menjelaskan, marah merupakan hal biasa. Yang terpenting adalah tetap menjaga kekompakan antarpartner supaya bisa terus berlanjut. ”Karena dia deng saya itu baku ipar. Istrinya adik saya. Jadi, kami memang dekat,” ucap Eddy, lalu tertawa

Tinggalkan Balasan