Cegah Kekerasan Fisik dan Seksual

bandungekspres.co.id, MARGAHAYU – Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 tingkat Provinsi Jabar berlangsung di Lapangan GOR Binjas Lanud Sulaiman, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung,kemarin (23/8). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat mengajak semua pihak untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan seksual terhadap anak dan perempuan.

Pada peringatakan tersebut, selain dihadiri oleh unsur pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, dihadiri pula oleh masyarakat, pemerhati anak dan berbagai stakeholder yang dianggap memiliki peran untuk membangun kekuatan bersama dalam memerangi kekerasan dimana pun berada.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, dengan berkumpulnya semua pihak pada peringatan ini, bisa menjadi solusi memperkuat komitmen untuk menghilangkan kekerasan terhadap perempuan dan anak, di mana pun berada.

Untuk mencegah hal itu, lanjut gubernur yang kesehariannya akrab dengan panggilan Aher, berupaya melakukan mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), yakni kelembagaan yang memang khusus mengurusi berbagai hal, seperti penjualan manusia, kejahatan seksual dan kekerasan terhadap anak.

”Tentu kami urusi karena korbannya masih ada, tapi dari tahun ke tahun ada penurunan tren. Berarti ada perbaikan karena kami terus gaungkan. Pendidikan yang berorientasi pada sasaran gender, keselamatan dan keamanan kaum perempuan dan anak terus kami gelorakan,” kata Aher disela-sela kegiatan kemarin.

Aher mengklaim, dengan upaya yang dilakukan selama ini, setiap tahunnya kasus-kasus tersebut memang masih ada tapi cenderung mengalami penurunan. Tentunya, itu semua atas kerjasama antara Pemprov Jabar dan semua pihak terkait. ”Kami berharap pada tahun-tahun ke depan kasus tersebut bisa tuntas dengan gerakan hilangkan kekerasan pada anak dan perempuan,” ucapnya.

Aher menjelaskan, faktor-faktor untuk menjauhkan permasalahan kekerasan terhadap anak dan perempuan ini tentunya harus diimbangi dengan kondisi keluarga yang bahagia, sejahtera dan harmonis. Karena, hal tersebut dianggap sangat penting dan menjadi kunci persoalannya.

”Munculnya pelecehan dan kekerasan seksual biasanya dari keluarga rentan. Harusnya kalau keluarga normal, kokoh, harmonis suami dengan istri dan orang tua dengan anak, biasanya tidak ada persoalan yang berarti. Yang harus kita antisipasi keluarga yang rentan, katakanlah dengan tingkat kesejahteraan yang belum memadai,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan