Jalan Hidup Baru Selebriti Islami

Sosok Astri sudah tak asing di dunia hiburan tanah air. Putri penyanyi Ivo Nilakreshna tersebut mulai berakting pada usia lima tahun. Perempuan kelahiran 21 September 1964 itu juga bermain dalam film Samiun dan Dasima yang mengantarkannya menjadi pemeran anak-anak terbaik dalam Festival Film Asia 1971 yang diadakan di Taipei.

Sampai remaja, Astri bermain di banyak film bersama sederet bintang populer pada masa itu seperti Rano Karno dan Roy Marten. Dia lalu berangkat kuliah ke Jerman pada 1984 dan menikah dengan Dariola Yusharyahya dua tahun kemudian. Setelah menuntaskan studi dan pulang ke Indonesia pada 1990, Astri kembali main sinetron.

Pertengahan 1990-an, Astri mengalami sebuah momen yang membuatnya hijrah. Astri merasa dituntun Allah untuk datang ke pengajian untuk mempelajari Alquran. Sampailah Astri pada ayat yang mewajibkan perempuan menjulurkan jilbabnya, menutup aurat. ”Saya baru sadar bahwa itu wajib. Saya pikir selama ini cukup menjadi ‘orang penting’. Maksudnya yang penting salat, puasa, zakat, udah cukup,” ucap Astri diiringi tawa kecil.

Sejak itu ibunda tiga putra, Kevin Arighi Yusharyahya, 23; Adrio Faresi, 20; dan Riedo Devara, 18; tersebut memutuskan berhijab. Astri mengenang, ketika itu dirinya dan suami sama-sama belajar memahami Alquran dan mengamalkannya. ”Butuh waktu untuk menyamakan visi bahwa keluarga sakinah itu keluarga yang diatur Allah dan tuntunannya ada dalam Alquran,” tuturnya.

Setelah mengenakan jilbab, Astri tidak meninggalkan dunia hiburan. Bagi dia, artis tidak berbeda dengan pekerjaan lain: dokter, politikus, atau pengusaha. Bergantung pada tiap individu dalam menjalankan profesi tersebut untuk memberikan manfaat atau sebaliknya. Tawaran untuknya juga terus berdatangan.

”Berjilbab tidak menghalangi kita dalam menjemput rezeki,” kata Astri yang film terbarunya, Surga Menanti, dirilis 2 Juni lalu. Ada syarat dan batasan yang dipegang teguh oleh Astri. Yaitu, cerita harus bermanfaat dan memberikan pencerahan bagi pemirsa serta tidak melanggar syariat.

Hikmah yang dirasakan setelah berhijrah, Astri mampu menjaga lisan, menjaga hati dan perasaan orang lain, serta menjadi orang yang bermanfaat. Cerdas bukan hanya intelektual, tetapi juga spiritual. ”Kita di dunia hanya musafir. Tugas kita mengumpulkan bekal untuk hidup kelak di akhirat,” tutur Astri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan