Bangun Jaring Sampah

bandungekspres.co.id, DAYEUHKOLOT – Jaring raksasa terbuat dari plat baja dan tiang besi akan dipasangkan di Sungai Citepus, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, tepatnya perbatasan antara Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung. Jaring berdiameter 20 meter dikali 5 meter itu dibentangkan di sungai untuk menjaring sampah yang berasal dari Kota Bandung.

Camat Dayeuhkolot Adjat Sudrajat mengatakan, pihaknya akan melaksanakan penjaringan sampah dua titik, yakni sungai Citepus dan Cikapundung. Dengan dipasangnya penjaringan sampah ini menurutnya akan efektif.

”Ini bagian dari pembuktian antara Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung yang saling lempar tanggung jawab dalam persoalan sampah. Ternyata seperti ini,” kata Adjat belum lama ini.

Dengan adanya bukti tersebut, kata dia, maka semakin menguatkan untuk pemberian sanksi terkait buang sampah sembarangan. ”Namun, apabila sampah ini dari perusahaan saya berjanji ke semua perusahaan di Dayeuhkolot akan menutup saluran pembuangannya,” ungkapnya.

Menurut Adjat, sampah tersebut dari Kota Bandung. Dalam satu malam bisa satu sampai tiga truk yang keluar dari Kota Bandung dan memenuhi sungai tersebut. ”Kalau menurut pencitraan penataan kota sangat bagus, tapi kalau kinerja sampah ini menjadi buktinya,” ungkapnya.

Sementara itu, produksi sampah di Kota Bandung sebenarnya terukur. Maka volumenya bisa dihitung secara eksak.

Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Riantono mengatakan, antara produksi dan yang diangkut secara cermat tidak sukar mengkalkulasikannya. Sehingga, rubrikaksi sampah secara sederhana terpapar melalui pengangkutan roda setiap hari di lingkungan RW ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS). ”Kalau dirata-ratakan setiap RW dua roda dikali jumlah RW, tumpukan sampah terkumpul bisa dihitung,” kata Riantono kepada Bandung Ekspres kemarin.

Dia menjelaskan, referensi pengelolaan sampah Kota Bandung, harus sudah mengarah pada sinkronisasi antar SKPD. Sebab, upaya penanganan sampah akibat banjir menjadi tidak terukur. ”Tumpang tindih penanganan sampah itu harus segera diakhiri,” tukas Riantono.

Menurut dia, banyak contoh dari upaya penanganan sampah yang kurang representatif. Mulai dari pemilahan hingga pengolahan. Apalagi ketika gunakan teknologi yang serba dadakan. Intinya, tidak pernah ada perhitungan antara yang terbuang ke TPA dan sisa yang tak terangkut. ”Itu data yang tidak dihitung secara transparan. Dikemanakan sisa yang tak terangkut,” seru Riantono.

Tinggalkan Balasan