Emil Saksikan Gerhana Matahari di Alun-alun Bandung

Lalu, diikuti dengan empat penati lainnya, Tisna Sanjaya mulai menambahkan adona putih seperti lem pada kedua lukisannya. Bukan hanya itu, penari pun bertambah seiring para pemain saling mengalungkan selendangnya.

Dalam kesempatan ini, Tisna membuat dua buah lukisan. Pada kedua lukisan tersebut, sebelumnya Tisna membuat lingkaran. Dari kedua lukisan Tisna seperti ingin menggambarkan matahari dan bulan. Satu lukisan tisna menambahkan serbuk berwarna hitam dan serbuk coklat.

Ritual tersebut dimulai dari pukul 11.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.15 WIB ketika penari perempuan berhenti menari maka berhenti juga Tisna Sanjaya melukis.

”Ini sebagai syukur karena yang maha kuasa telah memberikan terang,” ungkap Mas Nanu Muda kepada Bandung Ekspres di sela-sela kegiatannya.

Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan perpaduan antara seni rupa, gerak dan musik. Sehingga pantas ketika lagu selesai, selesai juga tarian dan rupa. Pada terjadinya gerhananya, terdapat energi yang sangat besar antara matahari dan bulan.

Perpaduan energi tersebut, lanjut dia, dapat menimbulkan energi yang baik atau buruk. Seperti halnya terlahirnya Batara Kala yang terlahir dari air mani yang dijatuhkan Batara Guru saat melihat para bidadari yang sedang mandi di sungai.

”Saat Dewi Umma dan Batara Guru sedang berjalan-jalan, karena Batara Guru terangsang dan menjatuhkan air mani sehingga terjadilah Batara Kala,” jelasnya.

Singkat cerita, Batara Kala datang ke bumi dan memakan manusia yang kurang baik di bumi. Keadaan itu, cukup membuat sengsara rakyat di bumi. Adanya acara Ngaruwat Gerhana ini, tegas dia, sebagai upaya agar terhindar dari hal-hal buruk.

”Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan ketika terjadi gerhana,” pungkasnya. (nit/dn/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan