Parlas Tak Membalas

Soal hinaan terhadapnya melalui meme, Parlas tidak akan mempermasalahkan, apalagi sampai melaporkannya. ”Biarlah saja. Putusan di PN itu kan belum final juga, karena masih ada upaya hukum. Kalau memang salah, maka di tingkat pengadilan tinggi (PT) bisa diperbaiki, tentunya berdasarkan fakta yang ada,” imbuhnya.

Dia berpandangan, hakim tidak akan pernah adil bagi pihak yang kalah. Sebab, hanya menang yang dianggap adil. Hanya saja, dia berharap orang bisa mengerti dengan profesi hakim yang merupakan corong keadilan.

”Di Indonesia itu semua berdasarkan hukum, bukan berdasarkan rasa. Saya hanya pesan pahami profesi hakim,” bebernya lagi.

Parlas mengakui, kalau dirinya tak memiliki sertifikasi lingkungan sebagaimana tudingan masyarakat. ”Namun saya kan wakil ketua PN Palembang sebagai ex officio (karena jabatan), dan ada perintah pimpinan untuk melakukan siding,” ungkapnya.

Sebenarnya bagaimana keseharian hakim Parlas? Pria kelahiran 1961, sarjana hukum Universitas Sumatera Utara 1985 itu, dikenal rekan-rekan kerjanya sangat disiplin. ”Beliau itu sudah ada di kantor 7.15. Pulang paling akhir dibandingkan dengan pegawai lain,” ujar Saiman, humas PN Palembang.

Di matanya, Parlas juga lowprofile. Begitu tiba di kantor selalu mengecek kondisi kantor dan ruang sidang PN Palembang.”Kalau ada puntung rokok di lantai apalagi di pot bunga tak segan dia pungut. Itu dilakukan setiap hari dan saya tahu benar itu,” urainya.

Parlas memiliki empat orang anak. Tinggal satu yang masih mengenyam pendidikan. Tiga lainnya sudah sukses. ”Penghasilannya mungkin jauh lebih besar dari beliau (Parlas),” ujarnya.

Karenanya, Saiman tak yakin soal tudingan masyarakat yang menganggap Parlas Nababan menerima uang ataupun suap dari pihak BMH.

”Sangat sulit dipercaya. Kalau dia mau tinggal minta dengan anaknya. Orangnya juga sederhana, bisa dilihat dari perilakunya sehari-hari dan cara berpakaiannya tidaklah mengesankan kemewahan,” tuturnya.

Selain itu, jabatan Parlas sebagai wakil ketua Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Palembang bukanlah posisi yang sepele. ”Tak hanya menuntut intlektual, tapi juga integritas. Saya kenal sejak 2007 ketika beliau wakil ketua PN Limboto dan saya di Gorontalo dan memang sangat dikenal disiplin,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan