Meet Zidane Dynasty

Di AC Milan ada Dinasti Maldini, sedangkan di Barcelona terdapat trah Busquets. Apakah Zidane bakal mengukirnya di Real Madrid?

Entahlah. Yang jelas, dalam sesi perkenalan dinihari kemarin, Zidane ditemani oleh keluarga besarnya. Sang istri Veronique Fernandez ditemani oleh keempat anaknya, Enzo, Luca, Theo, dan Elyas. Sejak Zidane memutuskan pensiun pada 2006, mereka berempat dimasukkan kedalam Akademi Real.

Enzo, Theo, dan Elyaz, sama-sama meniti jalan yang dilalui oleh ayahnya dulu, sebagai gelandang serang. Hanya Luca yang sedikit berbeda dengan lebih memilih berkarir sebagai kiper.

Dari ketiga nama pertama, Enzo yang notabene anak sulung mampu menguasai sejumlah trik yang dilakukan sang ayah.

Salah satunya adalah ketika gelandang Real Madrid Castilla, atau tim B Real, berusia 20 tahun itu mampu melakukan roulette atau teknik menggiring bola sambil berputar, kala Castilla menghadapi Sevilla dalam Copa Juvenil November 2014.

Tidak hanya roulette, beberapa kali Enzo terlihat melakukan sejumlah trik fantastis. Diantaranya, ketika gelandang yang terpilih sebagai kapten tim awal musim ini melakukan backheel.

Dengan kemampuan seperti itu, tidak mustahil Zizou, julukan Zidane, bakal memantapkan dinasti dengan menjadikannya pemain di tim senior. Namun, Zizou, julukan Zidane, langsung menepis isu tersebut.

”Yang harus kulakukan, walaupun sulit, adalah menjadikannya sama dengan yang lain di ruang ganti,” tegas Zidane sebagaimana dilansir L’Equipe. ”Di rumah, dia anakku. Tapi, di klub aku tidak pilih kasih dalam memperlakukannya,” lanjutnya.

Bakat menggocek bola yang mumpuni juga diperagakan oleh Theo. Gelandang tim Infantil A itu mencetak gol pada Mei tahun lalu setelah melakukan feint atau gerakan mengecoh persis seperti yang dilakukan Zidane.

Tidak hanya mengikuti yang baik. Luca yang adalah anak kedua Zidane juga mencontoh sang ayah. Tapi dalam arti jelek. Dia menanduk dada salah seorang pemain Atletico Madrid pada Desember lalu.

Persis yang dilakukan oleh Zidane kala menanduk Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006 silam. ”Waktu kecil, aku senang berdiri di depan gawang ketika bermain bola dengan ayah dan kakak. Tapi, secara karir, aku tidak ingin disamakan terutama oleh ayahku,” tegas Luca sebagaimana dilansir AFP.

Tinggalkan Balasan