Butuh Bantuan, Bayi Terlahir Tanpa Anus

NITA NURDIANI/BANDUNG ESKPRES <br/>

BERNASIB MALANG: Esih menggendong buah hatinya baru berusia 19 hari yang memiliki kelainan fungsi pencernaan.

 

 

[tie_list type=”minus”]Usia 19 Hari Tak Bisa Operasi karena Keterbatasan Biaya[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Bayi laki-laki berusia 19 hari bernama Muhammad Nandita Saputra dari pasangan Esih, 39, dan Nandang, 40, mengalami nasib malang. Pasalnya, bayi ini mengalami kelainan fungsi pencernaan, yakni terlahir tanpa memiliki anus. Nasibnya kini memperihatinkan lantaran tak bisa dioperasi karena kedua orang tuanya tak memiliki biaya.

Bayi Terlahir Tanpa Anus
NITA NURDIANI/BANDUNG ESKPRES
BERNASIB MALANG: Esih menggendong buah hatinya bernama Muhammad Nandita Saputra, baru berusia 19 hari yang memiliki kelainan fungsi pencernaan.

Keluarganya terpaksa membawa pulang dari rumah sakit Hasan Sadikin Bandung setelah menjalani penyinaran. Padahal, sang bayi seharusnya dirawat dan doperasi di RSHS.

Keluarga bayi asal Kampung Maroko, RT 01 RW 02, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas ini harus menyediakan uang sedikitnya Rp 30 juta untuk tiga kali operasi. Jangankan biaya untuk operasi, orang tua sang bayi, Esih, mengaku masih memiliki hutang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebesar Rp 3,5 juta untuk biaya penyinaran dan selama 6 jam di sana.

”Bapaknya terpaksa menyimpan TKP di rumah sakit untuk jaminan biaya pertama,” ucapnya kepada Bandung Ekspres kemarin (21/12).

Dia menjelaskan, saat dokter bilang harus dioperasi pada hari itu juga, pihaknya harus menyediakan uang sebesar Rp 8 juta untuk operasi pertama. Akan tetapi, dia dan keluarga terpaksa membawa anak ketiganya itu kembali pulang. Dia mengaku, untuk pergi ke rumah sakit, dia hanya membawa uang sebesar Rp 200 ribu yang berasal dari sumbangan tetangganya.

”Dibawa ke RSHS itu pada hari Selasa (8/12), jam 12 siang masuk ruang perawatan, jam 6 sore saya bawa pulang anak saya ke rumah,” katanya.

Diakui olehnya, pihak dokter sudah mewanti-wanti agar anak saya tidak dibawa pulang. Dia menjelaskan, keadaan terparah anaknya akan meninggal apabila dihentikan perawan. Akan tetapi, biaya perawatan cukup besar. Apalagi suami hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (nit/fik)

Tinggalkan Balasan