Bukan Raja Satu Malam

Pelatih berkebangsaan Italia itu menyebut timnya ingin bermimpi lebih lama lagi. Minimal, untuk menjadi juara paro di musim Premier League kali pertama dalam sejarah. Sebab, tiga lawan yang akan dihadapi Wes Morgan dkk dalam tiga pekan tersisa di paro musim pertama ini berpotensi mengusik tidur Leicester.

Akhir pekan ini (19/12) mengunjung Goodison Park, markas Everton. Baru pada dua pekan beruntun ujian terpenting Leicester di bulan Desember ini didapatkan. Dimulai dari menghadapi Liverpool di Anfield, lalu memperebutkan singgasana raja dengan City di King Power pada akhir tahun (30/12).

Mengapa yang terpenting? Karena rekor Leicester tidak 100 persen menang saat bertemu lima klub dengan tradisi juara di Premier League. Sampai pekan ke-16, Arsenal menjadi satu-satunya klub besar yang membuat para penggawa Leicester kembali ke bumi pada pekan ke-7 (26/9). Saat itu, Arsenal menang 5-2 di King Power.

Sebelum mengalahkan Chelsea, di King Power pada 29 Nopember lalu United mencuri satu angka dengan skor 1-1. Minimal, dari tiga lawan terakhir Ranieri berharap ada tambahan lima poin. ”Puncak klasemen hanya berlaku untuk fans. Kalau untuk para pemain dan saya sendiri, butuh lima angka lagi. Jangan tertawa, saya serius,” ucapnya.

Leicester bisa saja mengikuti jejak Blackburn Rovers yang menjadi pemecah di jajaran klub besar Premier League. Sejak Premier League bergulir pada tahun 1992-1993, Rovers-lah klub di luar Manchester dan London yang mampu menjadi juara. Bedanya, Rovers mencapainya dengan menjadi runner up semusim sebelum menjadi juara.

Bisakah Leicester? Itu pertanyaannya. Masih ada 22 pekan ke depan yang mampu menentukan histori untuk Leicester. Untuk sementara, Ranieri bisa puas dengan skema serangan balik cepat yang belum bisa dihadang klub besar mana pun. Rata-rata, dalam mencetak gol Leicester butuh tidak lebih 10 sentuhan dari penjaga gawang.

Akan tetapi, di paruh musim kedua bisa saja klub lainnya mempelajari gaya main Leicester itu. Di situlah Ranieri harus mengubah dirinya bukan lagi menjadi Tinkerman, namun juga menjadi Thinkerman, atau si pemikir. Ranieri dalam situs Premier League menolak berangan-angan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan