Ada Yang 650 Tahun hingga Bentuk Tutur Tujuh Jam

Dari mereka Titik mendapatkan informasi keberadaan naskah kuno. Setiap kali Titik dan tim hendak mengakuisisi (istilah Titik untuk mendapatkan naskah kuno dari pemiliknya), perwakilan komunitas tersebut selalu dilibatkan. Tantangan kedua adalah mengakuisisi naskah itu dari pemiliknya. Tidak semua pemilik mau naskah miliknya diboyong ke Perpusnas. ’’Rata-rata naskah kuno adalah produk budaya yang sudah lekat dengan kehidupan masyarakat setempat,’’ ujar pustakawan berusia 57 tahun tersebut. Karena itu, di beberapa tempat, melepaskan naskah sama saja seperti melepaskan satu bagian dari budaya asli.

Titik mengaku, tidak hafal persis semua naskah kuno yang berhasil didapatkannya. Sebab, dia memang tidak lantas mempelajari isi naskah kuno tersebut. Dia hanya memastikan bahwa naskah-naskah itu merupakan produk literasi Indonesia yang harus dirawat agar tidak sampai hilang.

Titik menerangkan, pengalamannya mengakuisisi naskah bermula di Karangasem, Bali, pada 2012. Kala itu dia bermaksud mengakuisisi naskah kuno milik sebuah keluarga. ’’Di Bali itu tabu menjual naskah. Karena itu merupakan warisan leluhur,’’ ungkapnya. Padahal, si pemilik naskah sebenarnya sedang kesulitan ekonomi.

Lain di Bali, lain pula halnya di Gorontalo. Titik mendapati sebuah naskah yang ditulis budayawan setempat. Gambaran berbagai macam adat dan budaya masyarakat Gorontalo ditulis budayawan tersebut sampai dia meninggal dunia. ’’Di naskah itu saya dapati banyak lembaran kosong. Itu sebenarnya disiapkan untuk ditulis, namun ternyata (penulisnya, Red) keburu meninggal,’’ lanjut perempuan berlatar pendidikan ilmu perpustakaan tersebut.

Titik berhasil mengakuisisi naskah itu dari keluarga sang budayawan. Saat itu keluarganya hendak pindah rumah dan bingung bagaimana membawa serta naskah yang cukup banyak. Naskah tersebut dianggap sebagai peninggalan sang budayawan sehingga tidak mungkin ditinggalkan. Padahal, mereka mengaku kesulitan untuk merawatnya.

’’Saat kami bawa, keluarganya menangis. Bagaimanapun, naskah itu sudah seperti pengganti sosok si penulis,’’ kenang ibu dua putri tersebut. Dia lalu menghela napas sejenak saat mengenang kejadian itu. Tidak lupa, dia memberikan garansi kepada keluarga sang budayawan bahwa mereka bisa melihat naskah itu lagi kapan pun saat berkunjung ke Jakarta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan