Ada Yang 650 Tahun hingga Bentuk Tutur Tujuh Jam

Kadang ada pemilik naskah yang punya koleksi banyak, bertumpuk-tumpuk, yang meminta seluruh naskah itu dibawa ketika hendak diakuisisi. Baik yang baik maupun yang rusak. Kalau sudah begitu, Titik tidak bisa berbuat apa pun selain mengiyakan. Seluruh naskah dibawa dan setiba di pusat perawatan barulah dipilah mana yang perlu perawatan ekstra.

Kemudian, tidak semua naskah yang usianya lebih dari 50 tahun diakuisisi. Salah satu contohnya Alquran. Titik menuturkan, di berbagai daerah banyak Alquran kuno. Hanya yang benar-benar langka yang diakuisisi Perpusnas. ’’Isinya kan sama semua. Namun, yang membedakan adalah iluminasinya (motif bingkai tulisan Alquran, Red),’’ jelas dia.

Dengan berbagai pendekatan tersebut, hubungan para pemilik naskah dengan Titik tidak pernah putus. Kadang pemilik naskah malah memberi tahu bahwa mereka mendapat informasi keberadaan naskah kuno.

Titik mengatakan, Perpusnas memiliki program untuk menyimpan semua naskah budaya Indonesia. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa budaya-budaya itu memang milik Indonesia. ’’Jadi, suatu saat kalau ada negara lain yang mau mencoba mengklaim, kita memiliki buktinya,’’ jelas perempuan yang berulang tahun setiap 17 September tersebut.

Saat ini tantangan terbesar melestarikan naskah kuno adalah mengalihmediakan. Pihaknya berupaya agar sebanyak mungkin naskah kuno bisa dialihmediakan dalam bentuk digital. Dengan begitu, siapa pun bisa dengan bebas menikmati semua produk budaya tersebut. Tantangan lain adalah menerjemahkan bahasa aslinya ke bahasa Indonesia.

Naskah asli ke depan tidak lagi dipamerkan apabila dinilai sudah makin rentan. Bahkan bisa saja berpuluh tahun lagi tidak bisa dipertahankan saking tuanya. ’’Waktu pameran di Jerman, yang kami bawa adalah replika Negarakertagama. Ditulis ulang dengan media yang sama, lontar, sehingga persis seperti aslinya,’’ tambah dia. Sebab, akan sangat berbahaya apabila yang dibawa ke pameran adalah naskah asli. (*/c9/end)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan