Jokowi Mantap Lanjutkan Proyek MRT

JAKARTA – Pembangunan moda transportasi massal menunjukkan fase baru. Pengeboran bawah tanah untuk proyek Mass Rapid Transit (MRT) dimulai kemarin (21/9). Meski tidak menguntungkan, kepentingan umum menjadi alasan percepatan pembangunan ini.

’’Selalu dihitung untung ruginya, memang kalau profit tidak akan untung. Tapi lebih dipikirkan benefitnya untuk negara dan kota kita,’’ ungkap Presiden Joko Widodo saat peresmian operasi Antareja di Jakarta kemarin. Antareja merupakan nama mesin bor bawah tanah atau tunnel boring machine (TBM) untuk proyek MRT Jakarta.

Selama 26 tahun, masyarakat Jakata menunggu adanya MRT, jika ragu salah satu solusi pengurai kemacetan tidak akan selesai. Saat ini, transportasi pribadi baik mobil dan motor mendominasi jalan di DKI Jakarta. Yakni, sekitar 98 persen. Presiden Jokowi menilai tak perlu ragu dalam melaksanakan proyek pembangunan transportasi massal.

Presiden Jokowi pun menyebutkan bahwa jika berbicara dengan transportasi massal tidak akan ada untungnya. ’’Makanya dihitung menggunakan subsidi,’’ ungkapnya. Oleh karenanya, pemerintah harus menentukan berapa subsidi yang akan diberikan nantinya. Misalnya dalam masalah tarif.

’’Ini sudah diputuskan, ini keputusan politik, kalau untung rugi dan untung, ya bakal rugi terus,’’ ungkapnya. Tak hanya itu, Jokowi pun menginginkan agar proyek MRT ini terintegrasi dengan moda transportasi lainnya, seperti busway transjakarta, Kereta Rel Listrik (KRL), Light Rail Transit (LRT), kereta api bandara hingga kereta api cepat. ’’Ini sudah saya sampaikan ke menteri bappenas dan menteri keuangan. Saya putuskan, Selatan-Utara, Timur-Barat.’’

Mesin bor yang berasal dari Negeri Sakura ini akan melakukan pengeboran terowongan bawah tanah dengan kecepatan 8 meter per hari. Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami menyebutkan bahwa bobot alat ini mencapai 323ton dengan diameter 6,7 meter dengan panjang 43 meter.

Pada fase awal, Antareja akan menerobos terowongan dari Patung Pemuda Senayan menuju Setiabudi. Yakni, dengan panjang lintasan 43 km. ’’Hingga kini sudah menyelesaikan 18 persen proyek pada struktur layang dan 43 persen struktur bawah tanah,’’ ungkap Dono. Selama 24 jam alat yang diproduksi oleh Japan Tunnel System Corporation (JTSC) dan teknologi Earth Pressure Balance akanmelakukan pengeboran. Meski demikian, pengangkutan tanah dan bebatuan sisa pengeboran dilakukan malam hari saat lalu lintas tidak padat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan