Ganti Cita-Cita Sejak Baca Buku ‘Rich Dad, Poor Dad’

 [tie_list type=”minus”]Gazan Azka Ghafara, Pemilik Produk Zanana Beromzet Rp 400 Juta Per Bulan[/tie_list]

Keripik pisang dengan mudah bisa ditemui di toko oleh-oleh. Namun, di tangan Gazan Azka Ghafara, keripik pisang jadi lebih istimewa, karena diberi rasa lain seperti coklat atau green tea.

Syanne Ayuresta, Bandung Wetan.

MELALUI Zanana—nama produknya—, Gazan mencoba peruntungannya di dunia bisnis sejak 2013 lalu. Gazan banting tulang sebelum bisa meraih omzet lebih dari Rp 400 juta setiap bulan seperti sekarang. Pria yang baru menginjak usia 20 ini mengaku, mantap berbisnis saat duduk di bangku SMA.

ZANANA
PEBISNIS MUDA: Pemilik keripik pisang Zanana, Gazan Azka Ghafara, 20. Dia memulai bisnisnya sejak duduk di bangku SMA.

’’Saya pernah ditanya sama ibunya teman. Katanya kalau besar, mau jadi apa? Dari situ saya mulai mencari jati diri dan menemukan cita-cita lewat buku. Salah satunya Rich Dad, Poor Dad,’’ jelasnya kepada Bandung Ekspres belum lama ini.

Nama Zanana memang unik. Namun, ternyata dia mendapat nama untuk produknya dari seorang rekan. Sebab, untuk memikirkan nama produk saja, Gazan sampai menghabiskan waktu satu bulan. ’’Simple sih, Zanana (artinya) Gazan Banana,’’ tandasnya.

Sebelumnya, Gazan sempat menjual produknya tanpa nama. Tetapi dia kemudian sadar, apa artinya produk enak dan berkualitas tanpa didukung bungkus yang menarik. ’’Dari sana mulai nyari nama, bungkus yang bagus, biar orang ngeliatnya aja udah me

narik, terus nyoba dan akhirnya beli lagi,” kata Gazan.

Bahan baku utamanya adalah pisang yang diperoleh dari Bandung dan Sumedang. Kemudian, gula, tepung, dan minyak. Keripik pisang lalu diolah dan dicampur bubuk cokelat, teh hijau, susu, beef, hingga rasa pedas.

Untuk mendapatkan rasa yang enak, dia melakukan ekperimen bumbu lebih dari satu bulan. Bahkan, dia sempat kebingungan saat bumbu yang sudah enak tetapi tidak bisa menempel di pisang.

Di tengah kesibukannya meracik bumbu, Gazan yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara ini sempat rindu dengan keripik pisang cokelat khas Lampung. Sambil iseng bertanya pada kakak dan teman-teman di sekitarnya, dia merasa menemukan peluang bisnis.

Tinggalkan Balasan