Ratusan Ayam Mati Terjadi juga di Baleendah

SOREANG – Peristiwa ratusan ayam kampung mati mendadak rupanya tak hanya di satu tempat di Kabupaten Bandung. Selain di RT 05, RW 02 Kampung Bojongpulus, Desa Banjaran Wetan, juga terjadi di Baleendah.

Keterangan itu disampaikan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bandung. Bedanya, ratusan ayam di sana seluruhnya mati. Tidak ada yang tersisa. Sedangkan di Banjaran, masih ada yang hidup. ’’Kami sudah dua kali mendapat laporan (ratusan) ayam mati mendadak,’’ ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan Euis Rohayani kepada Soreang Ekspres (Group Bandung Ekspres) kemarin (24/7).

Terkait kondisi ratusan ayam mati di Banjaran Wetan, kata dia, Disnakan telah menurunkan petugas sehari penuh menelusuri penyebab kematian unggas itu. Sebab, khawatir berindikasi penyakit berbahaya. ’’Kami langsung melakukan penelusuran ke sana (Banjaran),’’ jelas dia.

Tapi, setelah dilakukan penelusuran, ternyata tidak ditemukan lagi ayam yang mati mendadak ataupun terlihat sakit. Oleh sebab itu, petugas tidak bisa melakukan pemeriksaan di tempat peternakan ayam-ayam tersebut. Dengan begitu, petugas hanya membawa sampel darah dari beberapa ayam yang masih hidup. Kemudian, diperiksa di laboraturium. ’’Tidak ada lagi (ayam) yang mati,’’ terang dia.

Sampel darah akan diserahkan ke laboratorium pada hari Senin mendatang. Kemungkinan hasilnya akan keluar sepekan kemudian. Karena itu, untuk sementara, sebagai langkah kewaspadaan disnakan sudah berkoordinasi dengan pemerintahan desa setempat membagikan disinfektan. Kepada semua masyarakat di wilayah tersebut. Sebagai salah satu solusi pencegahan penyakit menular yang berbahaya.

Dalam penelusuran, para petugas juga melakukan sosialisasi mengenai penanganan jika ada ayam yang sakit atau mati mendadak. Termasuk, penanganan bangkai-bangkai ayamnya. Sebagian masyarakat memang, ada yang paham dengan membakar atau mengubur bangkai-bangkai tersebut. Namun, ada juga yang masih membuangnya ke sungai.

’’Padahal, seharusnya bangkai ayam tidak boleh dibuang sembarangan, karena dikhawatirkan mengandung penyakit berbahaya,’’ terang Euis.

Kemudian, kata dia, untuk merawat ayam kampung, para peternak terlihat belum terlalu cara mencegah penyakit ataupun penanganannya. Berbeda dengan para peternak ayam negeri atau boiler yang kebanyakan sudah terlatih dan tanggap. Itu artinya, mereka perlu mendapat pembinaan lebih lanjut terkait hal tersebut.

Tinggalkan Balasan