Warga Miskin Tak Dapat Bantuan PSKS

BATU NUNGGAL – Warga Kota Bandung berbondong-bondong datang ke Kantor Pos yang ada di Jalan Buah Batu. Mereka mengantre berdesakan untuk mendapat sejumlah uang setiap triwulan. Diberikan kepada warga yang mempunyai kartu rumah tangga sasaran (RTS).

Toni, 55, mengatakan, datang ke Kantor Pos karena mendapat bantuan dari program pemerintah pusat. Yaitu, Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dengan mendapat uang sebesar Rp 600.000 per bulan sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

’’Saya juga sangat bergembira dengan program tersebut, sebagai program presiden terdahulu. Yaitu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dilanjutkan program tersebut oleh presiden sekarang,” tuturnya kepada wartawan kemarin (10/4).

Dia menyampaikan, program PSKS sebagai bentuk perhatian pemerintah untuk membantu para warga miskin yang sangat membutuhkan pertolongan. Sangat berarti bagi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baik makan maupun pendidikan. ”Saya mengantre dari jam 7 sampai jam 1 juga belum kebagian, karena harus antre,” ucapnya.

Dia sehari-hari menjual cilok di sekolah. Tapi, akhirnya terpaksa libur berjualan karena harus mengantre uang bantuan PSKS, sebab tidak bisa diwakilkan.

Selain itu, Toni berharap program PSKS terus dijalankan karena saat sangat membantu warga miskin Kota Bandung. Di antara yang mengantre hanya sebagian kecil. Padahal, masih banyak warga yang tidak mendapat bantuan. ”Saya mengharapkan dana PSKS warga masyarakat harus terus ditambah, karena banyak warga miskin yang tidak mendapatkan uang tersebut,” katanya.

Menurut Toni, bantuan program dari pemerintah pusat PSKS penyaluran dilakukan sekaligus untuk 3 bulan. Yaitu, Januari–Maret 2015. Tapi, karena sampai saat ini pendataan tidak objektif malah ada juga orang yang cukup ekonominya, namun terdaftar dapat bantuan. Sedangkan yang lebih miskin tidak.

Jajang, 50, adalah contoh warga miskin Kota Bandung yang tidak dapat bantuan PSKS. Penduduk Kelurahan Watel, Kecamatan Bandung Kidul ini mengaku, belum pernah mendapat bantuan pasca kenaikan harga BBM. Padahal, sangat membutuhkan karena semua harga bahan pokok naik. ”Keluarga saya tidak pernah daftar sebagai penerima dana bantuan kompensasi BBM ini, ” katanya.

Jajang yang perpenghasilan pas-pasan, tidak memiliki rumah dari dulu sampai sekarang. Dia mengontrak. ”Saya sudah minta kepada ketua RT agar keluarga saya dimasukkan sebagai penerima dana bantuan dari pemerintah. Tapi entah kenapa tidak dapat, ” keluhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan