Jajaki FTA dengan Uni Eropa

Ekspor Tinggi, tetapi Daya Saing Kurang

JAKARTA – Kementerian Perindustrian sedang menjajaki kemungkinan melakukan kerja sama perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan Uni Eropa untuk membuka akses pasar ekspor yang lebih luas. Rencana itu didukung pelaku usaha industri nasional.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto menyatakan, Uni Eropa memang menjadi pangsa pasar yang sangat potensial bagi beberapa industri. Salah satunya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang ekspornya cukup tinggi. ’’Ekspor TPT ke Eropa lumayan besar, tapi daya saing TPT kita kurang dibanding negara lain yang sudah ada FTA dengan Uni Eropa,’’’ ujarnya, belum lama ini.

Dengan skema kerja sama FTA seperti itu, diharapkan beberapa produk Indonesia yang sudah go internasional bisa dengan mudah masuk ke pasar Eropa. Hal itu bertujuan untuk mengantisipasi jika permintaan menurun dari benua lain seperti Amerika Serikat. ’’Ekspor tekstil ke Eropa selama ini masih kena bea masuk tinggi 12-30 persen. Kalau bisa, kan nol. Kita bersama kementerian lain sedang menjajaki kemungkinan itu (FTA),’’ ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyatakan telah meminta pemerintah untuk menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Sebab, saat ini produk TPT di Uni Eropa dikuasai tiga negara, yaitu Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh. ’’Tiga negara itu sudah menandatangani perjanjian FTA sehingga diberikan pembebasan tarif bea masuk nol persen,’’ lanjutnya.

Hal itu justru terbalik dengan Indonesia yang masih dikenai tarif impor bea masuk produk TPT 12-30 persen. Akibatnya, persaingan memasuki pasar Uni Eropa tidak seimbang. Daya saing TPT Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh. ’’Padahal, kualitas TPT kita lebih bagus. Tapi, karena terkena bea masuk tinggi, ekspor ke Eropa masih kecil. Baru USD 3,6 miliar,’’ sambungnya.

Ade berdalih, bila Indonesia mau menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa, pihaknya akan berusaha menggenjot ekspor. Apalagi, jika Indonesia juga meningkatkan program seperti bantuan subsidi pembelian mesin bagi industri TPT, pihaknya yakin ekspor bisa meningkat tiga kali lipat. ’’Kalau ada free trade, ekspor bisa meningkat menjadi USD 10-12,5 miliar ke Uni Eropa,’’ paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan