Sebelumnya, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat (KBB) memastikan, turunnya harga beras baru akan terjadi pada April 2015 atau satu bulan pasca terjadinya panen raya. Kabid Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut KBB, Iin Solihin mengatakan, panen raya di wilayahnya akan terjadi pada Maret dengan luas tanaman padi hingga Februari 2015 mencapai 3.218 hektar. Luas sawah yang panen akan tersebar di area 2.761 hektar. Produksi padi hasil panen diperkirakan mencapai 17.140 ton Gabah Kering Giling (GKG).
”Kalau satu hektar saja menghasilkan 6 ton GKG, maka gabah yang dihasilkan mencapai 19.308 ton. Karena saat ini, rata-rata satu hektar sawah menghasilkan 5,1 ton GKG,” katanya.
Panen raya pada Maret mendatang itu bagi petani yang melakukan penanaman pada Oktober tahun lalu. Tapi, ada juga petani yang menanam pada Februari tahun ini. Kalau pun panen baru terjadi pada Maret mendatang, kemungkinan besar harga beras akan normal kembali pada April.
Sementara itu, di balik keresahan masyarakat akan mahalnya beras, para petani malah merasa diuntungkan. Pasalnya, petani yang masih memiliki stok beras memanfaatkan momen untuk menjual beras.
”Saat kenaikan beras seperti ini, saya bisa menjual beras Rp 600ribu per kwintal. Biasanya saya menjual hanya berkisar dari Rp 500 hingga Rp 550 ribu saja,” tutur Enih, salah satu petani.
Enih menambahkan, pesanan beras saat ini terus meningkat. Hal ini membuat bandar kebingungan. Akhirnya Enih menjual berasnya.
Engkus menuturkan, saat panen, beras dihargai dengan harga murah. ”Harga beras per kwintalnya bisa mencapai Rp 300-350 ribu. Hal ini berbeda dengan keadaan saat ini. Bandar bisa menghargai tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, perkebunan dan Kehutanan KBB Ida Nurhamidah menuturkan, tingkat produktivitas per hektare bisa mencapai 6,1 ton beras. ”Kalau sudah dipanen, Insya Allah tidak akan kekurangan beras lagi. Hukum ekonomi juga akan berlaku, sehingga mudah-mudahan harga beras bisa normal kembali,” tambahnya. (drx/mg5/fik)
