BANDUNG – Sejumlah wanita muslimah yang tergabung dalam Aliansi Muslimah Jawa Barat (AMJ) melakukan aksi Unjuk Rasa menolak keberadaan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Jawa Barat. Alasannya, LGBT saat ini dinilai telah sangat mengkhawatirkan dengan banyaknya keterbukaan di berbagai Media sosial (Medsos).
Dalam aksi yang dilakukan di Depan Gedung Sate, para peserta Unras tampak membentangkan spanduk bertuliskan ragam tuntutan, antara lain seperti ”Tolak LGBT!!!” dan juga ”Selamatkan Negeri dan Generasi dengan Islam Rahmatan Lil Alamin”.
Koordinator Aksi, Rima mengungkapkan, aksi yang dilakukan pihaknya adalah bentuk menyuarakan keresahan terhadap penyimpangan LBGT yang semakin masif dilakukan. Dirinya menilai, kehadiran para pelaku penyimpangan seksual tersebut telah menjadi sebuah gerakan global.
”Kita ingin menyadarkan masyarakat, khususnya untuk kalangan muda muslimah mengenai bahaya gerakan LGBT ini,” kata Rima di Bandung, kemarin.
Dikatakan dia, aksi yang dilakukan dirinya dengan sejumlah muslimah lainnya adalah lanjutan dari kegiatan diskusi bertajuk ‘Jabar Hariwang’ yang dilaksanakan di Kota Bandung beberapa waktu lalu. Dalam acara tersebut, pihaknya memaparkan jika LGBT tidak hanya penyimpangan seksual yang dapat memicu penyakit.
”Jadi zoomnya yang ingin kita tekankan adalah gerakan LGBT sudah merupakan gerakan politik global,” kata dia.
Aksi yang dilakukan di depan Gedung Sate sengaja dilakukan lantaran tempat tersebut merupakan pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar). Menurut Rima, Gedung Sate dinilai sebagai tempat strategis untuk menyuarakan kegelisahan terhadap perilaku LGBT.
”Kami ibu-ibu yang sangat khawatir terhadap gerakan LGBT itu sendiri. Jadi, dampak aksi ke masyarakat dapat, ke pemerintahan dapat,” kata dia.
Dipaparkan Rima, dirinya dan sejumlah muslimah lainnya tidak hanya menggelar Unras untuk mencegah meluasnya perilaku serta gerakan LGBT semata. Pasalnya, dalam setiap kegiatan lainnya pihaknya juga selalu berupaya menyadarkan masyarakat melalui berbagai edukasi dan menyadarkan masyarakat terkait bahaya LBGT.
”Ketika mereka kembali ke komunitas atau daerahnya, kita berharap mereka menyampaikan apa yang dibahas. Sehingga, penyadaran ini akan dilakukan bersama-sama,” kata dia.