Lebih Pintar Tapi Tak Laku, Gen Z Jadi Pengangguran Terbanyak di Jabar

Generasi Z Sulit Cari Kerja
CARI LOKER: Para pencari kerja saat mencari informasi stan perusahaan yang menerima loker pada pameran bursa kerja (jobfair) di Bandung. (Dimas Rachmatsyah/Jabar Ekspres)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Ledakan jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Barat (Jabar), menuai sorotan DPRD Jabar. Ketua Komisi V DPRD Jabar, Yomanius Untung mengatakan, meningkatnya angka pengangguran merupakan konsekuensi dari provinsi yang memliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Apalagi menurut Yomanius, jumlah penduduk di Jawa Barat kini tercatat kurang lebih mencapai 54 juta orang. “Nah yang kedua, Jawa Barat ini selalu menjadi destinasi bagi pencari kerja dari provinsi lain. Itu larinya ke Jawa Barat,” ucapnya saat dihubungi, Jumat (7/11).

Sehingga menurut Yomanius, selain memiliki jumlah penduduk paling besar, pengangguran ini faktornya oleh para pencari kerja dari provinsi lain.Maka dari itu, kata dia, agar hal ini dapat segera ditangani, pihaknya menyarankan agar Pemprov Jabar segera mengeluarkan beberapa kebijakan yang dianggap strategis.

Baca Juga:Investasi Deras, Tenaga Kerja Seret: Pengangguran Jabar Tembus 1,78 Juta OrangSusahnya Hidup Sehat di Era Medsos

Seperti halnya program yang kini telah dijalankan untuk menekan angka pengangguran. Dia meminta agar pemerintah tetap mendukung kepada lulusan baru atau fresh graduate khususnya dari jenjang SMK.

“Pemerintah provinsi harus bisa mempersiapkan lulusan-lulusan terbaru dari SMA-SMK untuk langsung disalurkan kepada industri-industri strategis. Jadi harus terus mensupport, mendorong, agar laju penganggurannya tertahan. Kemudian generasi muda yang masuk ke dunia kerja juga meningkat,” imbuhnya.

Sementara, Ekonom Ketenagakerjaan UIN Bandung, Watno Pradana menilai, kondisi ini menandakan adanya persoalan struktural dalam pasar tenaga kerja Jawa Barat.

Menurutnya, pertumbuhan industri belum otomatis menciptakan lapangan kerja yang sepadan dengan kemampuan dan karakter tenaga kerja lokal.“Kita menghadapi mismatch yang cukup serius. Industri di Jabar membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian teknis yang spesifik dan berbasis teknologi, sementara banyak pencari kerja yang tersedia masih berbekal kemampuan umum,” ujarnya saat dihubungi Jabar Ekspres.

Ia mencontohkan, sektor manufaktur modern kini menuntut tenaga ahli di bidang otomasi, programmable logic control (PLC), sistem kelistrikan industri, hingga quality control digital. Sementara banyak lulusan SMK dan perguruan tinggi di Jawa Barat belum memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

“Industri sekarang tidak lagi hanya membutuhkan tenaga operator konvensional. Banyak pekerjaan yang sudah berbasis mesin cerdas dan otomasi. Jadi, tanpa pembaruan keterampilan, pekerja lokal sulit terserap,” jelasnya.

0 Komentar