JABAR EKSPRES – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China masih terus bergejolak. Perang dagang antara dua negara besar itu berdampak pada kondisi ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai, Indonesia perlu memperkuat desain ekonomi domestik di tengah perang dagang AS-China.
Tujuannya, kata dia, bukan hanya agar mampu bertahan, tetapi agar ikut tumbuh di tengah ketegangan dua negara besar tersebut.
Baca Juga:Produksi Beras Diprediksi Meningkat, Bulog-Kementan Pastikan Perbaiki Manajeman PenyimpananPemangkasan TKD Ancam Pembangunan Daerah, Begini Langkah Pemda di Jabar
“Indonesia harus memperkuat pipa likuiditas untuk perekonomian dalam negeri, bukan sekadar tembok perlindungan. Desain kebijakan fiskal dan moneter kita harus menciptakan sistem yang hidup, bukan sekadar bertahan,” ujarnya, dikutip Senin (13/10/2025).
Menurutnya, langkah Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang menyalurkan dana negara ke sektor keuangan melalui perbankan, merupakan titik awal strategis untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik.
Sebab, kata dia, negara ini tidak kekurangan uang, tetapi sering kali kekurangan mekanisme penyaluran yang berani dan tepat. “Sektor keuangan sebagai channel harus pro-growth,” kata dia.
Kemudian, ia menyebut bahwa kebijakan pembiayaan yang diberikan Menkeu jangan sampai berhenti di neraca perbankan. Itu harus menjadi pembuktian bahwa likuiditas pemerintah dapat mengalir hingga ke sektor produktif.
Ia juga menyoroti pentingnya koordinasi antara Kementerian keuangan dan Bank Indonesia di tengah tekanan global, seperti ancaman tarif 100 persen dari AS dan pembatasan ekspor rare earth dari China.
“Satu-satunya cara menjaga momentum ekonomi adalah memastikan uang bekerja di tempat yang produktif di dalam negeri,” ujar Fakhrul.
Menurutnya, ketahanan ekonomi modern tidak datang dari aliran modal global yang tidak pasti, melainkan dari arsitektur likuiditas domestik yang mengalir ke bawah.
Baca Juga:Lewat Run For Humanity Trail Run Sentul, BSI Wujudkan Semangat Kepedulian Sosial dan SpiritualAturan Pengelolaan Rekening Dormant Segera Terbit, OJK: dalam Proses Finalisasi
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa penempatan dana pemerintah hanya akan efektif jika diikuti oleh reformasi pembiayaan jangka menengah yang lebih berani. Dia menilai Indonesia perlu segera memperkuat tiga aspek utama.
Pertama, membangun sistem pembiayaan produktif berbasis risiko terukur, seperti penguatan industri modal ventura dan pembiayaan inovatif untuk sektor riil.
Kedua, menata ulang strategi pengelolaan sumber daya alam strategis seperti logam tanah jarang (rare earth elements) untuk kepentingan industri nasional.
