JABAR EKSPRES – Setelah absen selama 11 tahun, Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menghadirkan Pasar Seni ITB 2025 pada 18–19 Oktober mendatang di kawasan Kampus Ganesha. Kehadiran kembali festival seni legendaris ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan semangat berkarya sekaligus mengukuhkan posisi Bandung dalam peta festival seni berskala nasional.
Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian dan Administrasi ITB, Dr. A. Rikrik Kusmara, menegaskan bahwa Pasar Seni ITB kali ini hadir dengan wajah baru yang lebih inklusif.
“Kalau dulu acaranya hanya di FSRD dan identik dengan mahasiswa, sekarang kita scale up menjadi acara ITB, bahkan berskala nasional. Transformasi ini penting karena industri kreatif Indonesia berkembang sangat pesat dan menjadi salah satu pilar ekonomi,” jelasnya dalam konferensi pers di Aula Barat ITB, Rabu (1/10/2025).
Baca Juga:Adira Finance dan Mandala Finance Resmi Bergabung, Hadirkan Sinergi Baru di JawaLink Live Streaming Gratis Laga Persib Bandung Kontra Bangkok United Malam Ini
Dengan mengusung tema “Setakat Lekat”, Pasar Seni ITB 2025 menekankan keberagaman praktik seni lintas disiplin, komunitas, dan generasi. Pameran Liga KMSR ITB menghadirkan seniman dan kolektif ternama, di antaranya Entri Soemantri, Tisna Sanjaya, Wiyoga Muhardanto, Isa Perkasa, Ajiba Haq, Nia Gautama, Renitta Karuna, Tactic Plastic, Studio Pancaroba hingga Arsya Ardiansyah.
Selain pameran, festival ini juga akan menampilkan 257 tenant seni, kuliner, dan kreatif, lima foodtruck, area interaksi komunitas, serta fasilitas navigasi digital yang memudahkan pengunjung. Merchandise eksklusif seperti t-shirt, totebag, bucket hat, pin, tumbler, hingga maskot resmi edisi khusus pun siap diburu kolektor.
Tidak hanya itu, rangkaian utama bertajuk Adicitra Ganesha akan menampilkan karya maestro nasional, alumni ITB, hingga seniman lintas kota dengan pendekatan integratif seni, sains, dan teknologi (STEM). Lelang utama pada 8 Oktober 2025 menjadi sorotan, dengan seluruh hasil penjualan karya seni disalurkan ke Dana Lestari Pendidikan dan Seni sebagai bentuk dukungan keberlanjutan pendidikan tinggi dan pengembangan kreativitas di Indonesia.
“Transformasi Pasar Seni ini juga bertujuan menciptakan multiplier effect bagi Kota Bandung. Kalau kita lihat di Yogyakarta dengan Art Jog atau di Jakarta dengan Art Jakarta, festival seni memberikan dampak besar bagi kota penyelenggara, mulai dari hotel, restoran, hingga transaksi ekonomi. Bandung pun harus bisa merasakan dampak positif itu lewat Pasar Seni ITB,” tandas Rikrik.
