Terakhir, kami juga menemukan bukti tambahan mengenai seseorang yang menyebut dirinya profesor, padahal gelar profesornya hanya berlangsung dua bulan. Ia sendiri mengakui berasal dari latar belakang sebagai tukang sapu. Kami mempertanyakan validitas gelar tersebut jika memang hanya diperoleh dalam waktu yang sangat singkat.
Terkait informasi yang beredar, jika kita menelusuri halaman resmi Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), data mengenai riwayat pendidikan orang yang dimaksud juga tidak jelas. Disebutkan bahwa gelar S2-nya bukan dari “Pasar Pramuka”, tetapi dari sebuah institusi bernama Musto Beragama, yang bahkan tidak dikenal luas. Ada pula versi lain yang menyatakan bahwa ia menyelesaikan S2 di kampus berbeda. Hal ini menunjukkan ketidakkonsistenan informasi mengenai latar belakang pendidikannya.
Lebih lanjut, ia juga pernah mengklaim bahwa dirinya sudah tidak pernah lagi datang ke Pasar Pramuka sejak tahun 2002. Namun, fakta berkata lain. Pada 1 Mei 2025 lalu, yang berarti belum lama ini, ia masih menyelenggarakan acara halal bihalal di belakang area Pasar Pojok Pramuka. Jadi, pernyataannya tersebut terbukti tidak benar.
Baca Juga:4 Penyebab Motor Honda Cepat Panas dan Overheat, Ini SolusinyaLink Resmi Cek Penerima BSU 2025 Pakai NIK, Jangan Tertipu Link Palsu
Yang lebih menarik, dari daftar tamu yang hadir dalam acara tersebut, terdapat setidaknya lima orang yang diduga terlibat dalam kasus pembuatan ijazah palsu. Ini semakin menguatkan dugaan yang selama ini berkembang.
Kini tinggal menunggu pengakuan dari para pihak yang terlibat. Proses pembuktian selanjutnya akan dilakukan melalui berbagai metode, baik melalui pendekatan intelijen, wawancara langsung, maupun teknik verifikasi lainnya. Yang jelas, dari indikasi yang ada, beberapa pihak mulai terlihat panik karena bukti-buktinya semakin kuat dan mengarah.
Tidak heran jika aktivitas di Pasar Pramuka kini semakin meredup. Bahkan, menurut informasi yang kami terima, kawasan tersebut dibakar pada akhir tahun 2024, diduga sebagai upaya menghilangkan jejak.
Terakhir namun tidak kalah penting, Bapak dan Ibu sekalian, situasi saat ini dapat diibaratkan seperti permainan catur. Siapa yang mampu melangkah cepat dan tepat, dialah yang akan menang. Namun harus diakui, saat ini kita sedang menghadapi sesuatu yang sangat jahat, yaitu seseorang yang mengaku-ngaku sebagai “Raja Jawa”.
