JABAR EKSPRES – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membuka peluang Indonesia mengimpor minyak dan gas bumi (migas) dari Rusia setelah pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Bahlil juga menjajaki kerja sama teknologi dengan Rusia untuk meningkatkan lifting migas Indonesia, terutama dari sumur-sumur tua.
“Penjajakan ini (impor migas) sudah kami lakukan. Saya pekan ini rapat dengan tim dari Rusia, dari pengusaha BUMN-nya Rusia akan datang ke Indonesia,” ucap Bahlil setelah menghadiri Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI.
Baca Juga:Menaker Tegaskan Tidak Ada Potongan BSU, Pekerja Terima Rp600 RibuPenumpukan Sampah Terjadi di Sejumlah Titik di Bandung, DLH: Pengangkutan ke Sarimukti Masih Terbatas
Ia menyampaikan selain membuka peluang impor migas, kunjungannya ke Rusia Ketika mendampingi Prabowo membuka peluang kerja sama teknologi dengan Rusia.
Kerja sama teknologi tersebut nantinya bertujuan untuk menggenjot lifting migas Indonesia, khususnya yang berasal dari sumur-sumur tua.
“Kita (Indonesia) mempunyai sumur idle, tapi untuk teknologi harus kita belajar dan kolaborasi,” kata Bahlil.
Presiden Putin menyatakan kesiapan Rusia untuk meningkatkan kerja sama di sektor energi dengan Indonesia, termasuk menambah pasokan minyak dan gas alam cair (LNG) ke pasar RI.
“Perusahaan Rusia bekerja di Indonesia dengan efektif, kami bersedia menambah pasokan minyak dan LNG cair ke pasar Indonesia,” ujar Putin.
Ia juga mengatakan kolaborasi strategis yang sedang berlangsung antara berlangsung antara Rosneft dan PT Pertamina dalam pembangunan kilang dan fasilitas petrokimia di Provinsi Jawa Timur sebagai contoh nyata penguatan hubungan ekonomi kedua negara di sektor energi.
Presiden Putin mengatakan, Rusia membuka peluang keterlibatan dalam proyek-proyek energi baru dan pengembangan infrastruktur migas di Indonesia.
Baca Juga:Job Fair di Rancaekek Bandung, 300 Loker Jadi Sasaran MasyarakatCimahi Hadapi Gelombang Penonaktifan BPJS PBI, Lansia dan Balita Jadi Prioritas
Ia juga menegaskan Indonesia tetap menganut asas politik bebas aktif, walaupun kerja sama dengan Rusia semakin erat, tidak mencerminkan keberpihakan Indonesia pada negara mana pun.
“Sekali lagi, Indonesia menganut asas politik bebas aktif, tetapi juga dalam konteks ekonomi menganut asas ekonomi bebas aktif,” kata Bahlil.
Indonesia tidak terikat oleh negara mana pun dalam melakukan kerja sama.
Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi kedua negara dan meningkatkan ketahanan energi Indonesia.
