HET LPG 3 Kg Naik, Distribusi Masih Sering Terkendala hingga Masyarakat Kecil Kian Tertekan

Penjual merapikan gas elpiji 3 kilogram di salah satu warung di Jalan Gumuruh, Kota Bandung, Rabu (18/6). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
Penjual merapikan gas elpiji 3 kilogram di salah satu warung di Jalan Gumuruh, Kota Bandung, Rabu (18/6). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Harga Eceran Tertinggi (HET) gas LPG 3 Kg di Kota Bandung resmi naik dari Rp16.000 menjadi Rp19.000 di tingkat pangkalan. Hal ini menyusul penyesuaian harga LPG di wilayah Bandung Raya, dan menyusul Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 540.11/ Kep.823-Disdagin/2025.

Kendati demikian, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memastikan bahwa stok LPG 3 kg di Kota Kembang tetap aman dan distribusi barang masih berjalan. Pihaknya kini tengah memfokuskan operasi pada para spekulan agar kelangkaan dan kenaikan tak terjadi pada barang subsidi tersebut.

“Stok aman, semuanya lancar, tidak usah panik. Tapi pasti ada aja spekulan yang menahan barang. Kami sedang lakukan operasi untuk memastikan spekulan itu segera melepaskan barang,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, Rabu (18/6).

Baca Juga:Legislator Jabar Minta Kementerian LH Ikut Andil Tuntaskan TPA Open Dumping, Bukan Sekedar Beri Peringatan!Peduli Keselamatan Pengendara, Polres Banjar Turun Tangan Perbaiki Jalan Rusak

Diakui Farhan, Harga LPG yang fluktuatif dinilai sangat dipengaruhi oleh kondisi global, terutama harga gas dan minyak dunia serta kemampuan fiskal negara dalam menanggung subsidi. Sehingga penyesuaian harga musti dilakukan guna ketersediaan gas elpiji 3kg tetap terjaga.

“Kalau pemerintah pusat sudah tidak kuat menanggung, ya kami di daerah harus pastikan barang tetap ada. Fokus kami: distribusi dulu,” tegas pejabat daerah

Maka dari itu, Farhan menegaskan, pengendalian inflasi saat ini bakal lebih difokuskan pada kelancaran distribusi, bukan sekadar penetapan harga.

“Yang paling penting bukan harga, tapi distribusi. Mau harganya berapa pun, yang penting barangnya ada. Jadi fokus kami saat ini adalah distribusi,” tambahnya.

Namun, sejumlah kendala di lapangan menghambat kelancaran pasokan LPG. Distribusi dari Pertamina ke pangkalan masih kerap mengalami keterlambatan. Hal ini diperparah oleh ulah oknum pengecer nakal yang menjual di atas HET.

“Kadang kuota dari Pertamina tidak sesuai dengan kebutuhan, atau terlambat karena faktor teknis. Pengecer ilegal juga menambah masalah, mereka beli dari pangkalan lalu jual mahal ke masyarakat,” ungkap Agen LPG asal Arcamanik, Suparlan.

Menurutnya, situasi ini yang kemudian membuat harga LPG 3 kg di warung-warung kecil bisa melonjak hingga Rp23.000 atau lebih per tabung, jauh di atas HET yang kini ditetapkan sebesar Rp19.000.

0 Komentar