Persoalan di Jabar Jauh Lebih Kompleks dari Sekedar ‘Anak Nakal’, KDM Malah Sibuk Bangun Citra dan Urus Barak Militer

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maulana Yusuf Erwinsyah menyoroti kompleksnya persoalan di Jabar, tapi Pemprov malah sibuk rayakan pertumbuhan ekonomi dan banggakan citra Gubernur Dedi Mulyadi.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maulana Yusuf Erwinsyah menyoroti kompleksnya persoalan di Jabar, tapi Pemprov malah sibuk rayakan pertumbuhan ekonomi dan banggakan citra Gubernur Dedi Mulyadi.
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maulana Yusuf Erwinsyah menyoroti tingginya angka pengangguran.

“Namun di tengah persoalan serius ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat justru terlihat lebih sibuk merayakan pertumbuhan ekonomi dan membanggakan citra Gubernur KHDM (Kang Haji Dedi Mulyadi),” katanya, Rabu (13/5).

Merujuk data pada Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, Provinsi Jawa Barat kembali tercatat sebagai daerah dengan angka pengangguran tertinggi di Indonesia.

Baca Juga:Selama 10 Hari, 504 Preman di Jabar Berhasil Dibekuk PolisiTewaskan 13 Orang, Tragedi Pemusnahan Amunisi di Garut Murni Kecelakaan?

“Namun, pertumbuhan ekonomi itu dinilai tidak sejalan dengan kondisi sosial di lapangan,” ujar Maulana.

Legislator Komisi 5 itu menyebutkan, angka pengangguran yang tinggi membuktikan ketimpangan, antara pertumbuhan ekonomi makro dan kualitas pembangunan manusia.

“Angka pengangguran kita masih yang tertinggi, tapi pemerintah malah sibuk euforia. Ini mencerminkan kebijakan yang tidak menyentuh akar masalah,” bebernya.

Kondisi ini diperparah oleh darurat pendidikan yang kini juga melanda Jawa Barat. Menurut data BPS per November 2024, terdapat 658.831 anak di Jawa Barat yang tidak bersekolah.

Angka tersebut terdiri dari 164.631 anak yang putus sekolah, 198.570 anak lulusan yang tidak melanjutkan pendidikan, serta 295.530 anak yang belum pernah mengenyam bangku sekolah.

“Seolah-olah semua masalah bisa selesai dengan pendekatan militer. Ini pendekatan yang ngawur,” lanjut Maulana.

0 Komentar