JABAR EKSPRES – Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat menunjukkan sinyal positif pada kuartal I 2025. Dari Januari hingga Maret, ekonomi Jabar tumbuh sebesar 4,98 persen (year on year/yoy), mengungguli rata-rata nasional yang hanya mencapai 4,87 persen.
Kinerja ini menjadi bukti bahwa roda ekonomi di provinsi ini mulai kembali stabil, terutama berkat kontribusi sektor pertanian, perdagangan, transportasi, serta informasi dan komunikasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Darwis Sitorus, mengungkapkan bahwa pertanian menjadi motor utama pertumbuhan, menyumbang 31,89 persen.
Baca Juga:TNI Investigasi Penyebab Ledakan Amunisi Tewaskan 13 Orang di GarutDetik-Detik Ledakan di Garut, Begini Kronologi Pemusnahan Amunisi yang Tewaskan 13 Orang!
Cuaca yang bersahabat dan pola tanam yang kembali normal memicu peningkatan produksi komoditas pangan seperti padi dan jagung.
Ramadan juga memberi dorongan tersendiri bagi sektor perdagangan. Lonjakan konsumsi masyarakat selama bulan suci ini mendongkrak penjualan ritel secara signifikan.
“Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menyumbang pertumbuhan tertinggi, yakni 2,99 persen. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang tetap kuat, sekaligus mencerminkan kepercayaan publik terhadap kondisi ekonomi,” kata dia.
Namun, konsumsi pemerintah justru mengalami penurunan karena adanya efisiensi belanja di awal tahun.
Secara triwulanan (quarter-to-quarter/q-to-q), ekonomi Jabar tumbuh 0,28 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan tertinggi terlihat pada sektor pertanian (7,25 persen) dan jasa keuangan serta asuransi (6,35 persen).
Di sisi lain, industri pengolahan, yang biasanya menjadi andalan Jawa Barat, justru mengalami kontraksi 0,22 persen.
Pemulihan ekonomi ini juga berdampak positif terhadap sektor ketenagakerjaan.
Baca Juga:Komunitas Motor Cross Bangun Sirkuit di Pakansari Gandeng Desainer TernamaKoperasi Lawan Pinjol dan Oligarki, Prabowo Siapkan Revolusi Ekonomi Rakyat Lewat KMP
Hingga Februari 2025, jumlah penduduk bekerja bertambah 900 ribu orang dibanding tahun sebelumnya, sehingga totalnya mencapai 24,99 juta orang.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik menjadi 68,91 persen, meningkat 1,57 persen poin dari Februari 2024.
Menariknya, meskipun jumlah pengangguran bertambah sekitar 20 ribu orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) justru menurun ke 6,74 persen.
Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja masih mampu diimbangi oleh penciptaan lapangan kerja yang cukup efektif.
Dari sisi struktur, pekerja informal masih mendominasi dengan porsi 55,89 persen, menandakan masih banyak pekerja yang belum mendapatkan perlindungan sosial dan jaminan ketenagakerjaan yang layak.