Menanggapi hal itu, Wali Kota Bandung Mohammad Farhan menyebut kerja sama dengan Cimahi menjadi semakin penting, mengingat banyaknya kepentingan bersama di wilayah perbatasan, khususnya dalam konteks tata ruang dan mobilitas warga.
“Kerja sama harus kita seriuskan kembali. Jalur masuk dari barat ke Bandung sudah mulai padat karena banyak warga Cimahi yang bekerja di Bandung. Kita bisa berkolaborasi untuk pelebaran jalan, agar masyarakat tidak terjebak macet berjam-jam,” ujar Farhan.
Farhan menilai pengelolaan wilayah Cimindi sebagai akses strategis perlu digarap secara terpadu. Ia bahkan menyebut jika Bandara Husein Sastranegara kembali beroperasi optimal, maka Cimindi dapat dikembangkan sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD).
Baca Juga:Peringatan Hari Buruh di Bandung Berujung Rusuh, Polisi Berhasil Amankan Satu Orang Pelaku Anarkis!Cegah Anak Kecanduan Gadget hingga Judi Online, Pemkot Cimahi Gencarkan Edukasi Lewat Sekolah dan Keluarga
Sorotan juga diberikan Farhan terhadap persoalan lahan eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Cirendeu yang kini dibiarkan terbengkalai dan mulai diserobot sejumlah pihak.
“Tugas kita adalah memastikan kepemilikan lahan. Kita akan koordinasi bersama ke Kantor BPN. Lahan ini sudah 20 tahun ditutup dan harus dikelola agar tidak menjadi masalah seperti Dago dulu,” tegas Farhan.
Ia menyatakan akan mendorong Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Bandung dan Cimahi untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan kepemilikan dan pemanfaatan lahan seluas 84 hektar tersebut.
“Lahan tersebut kini mulai terindikasi adanya penyerobotan oleh pihak tertentu,” bebernya.
Untuk itu, dirinya mengajak Ngatiyana untuk berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) agar tidak menimbulkan masalah di masa mendatang.
“Pertemuan ini menjadi langkah awal penyelarasan kembali MoU yang sebelumnya telah dibuat, sekaligus membuka jalan untuk implementasi program-program konkret yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat,” tandasnya. (Mong)