JABAR EKSPRES – Debat perdana pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati Bandung Barat yang digelar di Hotel Novena Lembang, meninggalkan insiden kurang mengenakan bagi salah satu paslon nomor urut 3.
Pasalnya, ketika paslon nomor urut 3, yakni Hengky Kurniawan hendak menjawab pertanyaan panelis soal optimalisasi potensi perikanan di Kabupaten Bandung Barat siaran live video hilang (terputus).
Selain itu, ketika paslon nomor tiga hendak menjawab maupun menyanggah pernyataan calon lain microfon yang digunakan sempat tidak berfungsi dengan baik. Sehingga suara yang terdengar tidak jelas.
Hal inipun disoroti oleh Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bandung Barat Iip Saripudin. Ia mengoreksi pelaksana debat, yakni Komisi Pemiliham Umum (KPU) Bandung Barat yang bisa merugikan salah satu paslon kepala daerah.
“Ada sejumlah catatan dalam debat pertama kemarin yang harus dikoreksi oleh penyelenggara,” kata Iip saat dihubungi, Rabu (29/10/2024).
Menurutnya, dalam kegiatan tersebut sempat terjadi insiden ketika salah satu paslon akan menjawab pertanyaan panelis namun koneksi video sempat terputus beberapa saat.
“Dalam penayangan sesi 2, 3 dan 4 sempat terjadi insiden terhadap salah satu pasangan calon. Dimana pada sesi 2 calon bupati menjawab pertanyaan panelis namun tayangannya hilang,” katanya.
“Sementara calon bupati yang lain pada momen sebelumnya menjawab pertanyaan panelis seperti sedang membaca teks. Ini agak sedikit aneh,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pada sesi 3 panelis menyodorkan tema untuk calon Wakil Bupati namun pertanyaan tersebut diganti dengan tema lain. Pada sesi 4 suara mikropon salah satu pasangan juga mengalami trouble. Entah apa yang terjadi.
“Di akhir sesi ini pula amplop tersisa 2 dan moderator mempersilahkan cabup untuk memilih salah satu sehingga mengundang reaksi dari pendukung yang hadir. Keriuhan ini sejatinya tidak terjadi dalam acara live,” katanya.
Masih kata dia, dalam pelaksanaan debat tersebut moderator selalu mengulang kalimat bahwa amplop masih tersegel dalam setiap sesi. Hal tersebut upaya meyakinkan bahwa pertanyaan panelis tidak bocor kepada peserta debat.
“Mungkin maksudnya adalah bentuk penegasan tentang kerahasiaan, namun siapa yang menjamin bahwa amplop tersegel namun isinya sudah bocor,” katanya.