Calon Independen Punya Segudang Tantangan di Pilkada

JABAR EKSPRES – Calon perseorangan berpeluang untuk ikut Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Bandung. Tapi, mereka memiliki segudang tantangan untuk bisa meraih kursi nomor satu di Kota Bandung itu.

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Firman Manan menguraikan ada beragam tantangan yang perlu dihadapi bagi calon perseorangan atau independen untuk menang pilkada. Pertama dari sisi tahap pendaftaran juga tidak mudah. Calon independen perlu memiliki syarat dukungan minimal sebagai bahan mendaftar ke KPU. Misalnya di Kota Bandung jumlahnya 121.705 dukungan. “Persyaratan juga tidak mudah untuk dipenuhi,” jelasnya kepada Jabar Ekspres, Kamis (25/04).

Firman melanjutkan, syarat minimal dukungan itu juga tidak cukup dikumpulkan dan disetorkan ke KPU. Tapi nantinya KPU akan melakukan verifikasi. Sehingga ketika ada temuan masalah di lapangan tentu bisa jadi sandungan calon independen.

Syarat itu berbeda jika dibandingkan dengan pasangan yang diusung dari partai politik. Syaratnya diusung parpol dengan 20 persen perolehan kursi atau 25 persen suara sah. Pemenuhan syarat itu hanya bergulir di internal parpol.

Tantangan berikutnya juga mengintai saat masa kampanye. Calon independen kampanye sendiri dengan mesin – mesin yang dimilikinya.

Beda dengan calon yang diusung partai politik. Mereka tentu memiliki mesin partai yang sudah ada. “Walau memang belum ada jaminan, tergantung kinerja mesin partai juga,” cetusnya.

Firman melanjutkan, fakta yang ada sangat kecil calon independen yang bisa menang pilkada. Sejarah di Jabar hanya baru terjadi pada pasangan Aceng Fikri – Dicky Chandra dalam perebutan kursi Bupati dan Wakil Bupati Garut.

Tantangan calon independen juga tidak berhenti setelah pilkada. Kalau menang. Tapi dalam menjalankan roda pemerintahan mereka juga agak sulit untuk bisa mendapat dukungan dari legislatif atau DPRD.

Menurut Firman, calon independen sebenarnya bisa mengambil hati masyarakat yang punya sentimen negatif terhadap partai politik. Tapi peluang itu belum sepenuhnya bisa dioptimalkan. Para calon independen masih kalah jauh dari sisi popularitas. Bahkan yang terjadi di Bandung atau Jabar, sering kali tokoh independen yang kemudian diusung partai politik. Contohnya Ridwan Kamil.(son)

Writer: Hendrik Muchlison

Tinggalkan Balasan