FGD Moderasi Beragama di Garut: Menuju Keharmonisan dan Kesejahteraan Bersama

GARUT – Kabupaten Garut, dengan keberagaman agama dan budaya yang kaya, menjadi latar yang ideal untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) tentang moderasi beragama.

FGD ini digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Garut, Jalan  Pembangunan, Jayawaras, Tarogong Kidul.

Adapun tema FGD adalah “Penguatan Moderasi Beragama Menciptakan Praktik Beragama yang Damai dan Toleran”, dengan tujuan untuk memperkuat pemahaman dan praktik moderat dalam beragama, serta mendorong dialog antarumat beragama untuk menciptakan keharmonisan dan kesejahteraan bersama.

FGD tersebut diikuti 238 peserta terdiri dari siswa setingkat Madrasah Aliyah, santri dan mahasiswa juga berbagai pemangku kepentingan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk tokoh agama, akademisi, dan perwakilan pemerintah setempat.

Mereka berkumpul untuk berdiskusi dan bertukar pikiran tentang beragam isu terkait moderasi beragama. Topik-topik yang dibahas meliputi pemahaman yang benar tentang ajaran agama, toleransi antarumat beragama, penanggulangan radikalisme dan ekstremisme, serta penguatan kerukunan dan persatuan dalam keberagaman.

Ketua Panita FGD, Andri Andreas H Salah mengatakan, satu tujuan utama dari FGD ini adalah untuk menciptakan pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya moderasi beragama, sebagai landasan untuk membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

“Melalui dialog terbuka dan konstruktif, diharapkan para peserta FGD dapat saling memahami dan menghargai perbedaan, serta bersama-sama mencari solusi atas tantangan yang dihadapi dalam konteks keberagaman agama. Selain itu, penguatan moderasi beragama bisa menciptakan kerukunan Berbangsa & Bernegara,” ujar Andreas.

Sementara itu, Kepala Kemenag Kabupaten Garut, Saepulloh, mengapresiasi kepada jajaran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang telah menggelar kegiatan ini.

Saepulloh juga memuji Muhammadiyah yang saat ini secara berdemokrasi terus menjalankan landasan dalam moderasi beragama dengan akhlak sebagai kunci fundamental dalam beragama sesuai dengan anjuran Baginda Rasul Muhammad SAW.

Saepulloh merincinkan, dalam Islam, keberadaan akhlak tumbuh dalam 5 poin, di antaranya Pendidikan Formal serta Informal melalui pendidikan yang mencakup akhlak dari lingkungan keluarga hingga cakupan yang lebih bermasyarakat.

“Sehingga adanya disparitas dapat menjadi tantangan dalam menumbuhkan akhlak untuk membangun pondasi fundamental dalam beragama yang ditopang melalui pendidikan utama dalam lingkup keluarga,” papar Saepulloh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan